Rabu, 17 November 2010
schizoid
Diagnostic Features:
Schizoid Personality Disorder is a condition characterized by excessive detachment from social relationships and a restricted range of expression of emotions in interpersonal settings. This disorder is only diagnosed when these behaviors become persistent and very disabling or distressing. This disorder should not be diagnosed if the distrust and suspiciousness occurs exclusively during the course of Schizophrenia, a Mood Disorder With Psychotic Features, or another Psychotic Disorder or if it is due to the direct physiological effects of a neurological (e.g., temporal lobe epilepsy) or other general medical condition.
Complications:
Individuals with this disorder may have particular difficulty expressing anger, which contributes to the impression that they lack emotion. Their lives sometimes seem directionless, and they appear to ?drift? in their goals. These individuals often react passively to adversity and have difficulty responding appropriately to important life events. Because of their lack of social skills and lack of desire for sexual experiences, individuals with this disorder have few friendships and often do not marry. Occupational functioning may be impaired, particularly if interpersonal involvement is required, but individuals with this disorder may do well when they work under conditions of social isolation.
Comorbidity:
In response to stress, individuals with this disorder may experience very brief psychotic episodes (lasting minutes to hours). If the psychotic episode lasts longer, this disorder may actually develop into Delusional Disorder or Schizophrenia. Individuals with this disorder are at increased risk for Major Depressive Disorder. Other Personality Disorders (especially Schizotypal, Schizoid, and Avoidant) often co-occur with this disorder.
Associated Laboratory Findings:
No laboratory test has been found to be diagnostic of this disorder.
Prevalence:
Schizoid Personality Disorder is uncommon in clinical settings. This disorder occurs slightly more commonly in males.
Course:
This disorder may be first apparent in childhood and adolescence with solitariness, poor peer relationships, underachievement in school, which may attract teasing from their peers. The course of this disorder is chronic.
Familial Pattern:
This disorder is more common among first-degree biological relatives of those with Schizophrenia or Schizotypal Personality Disorder.
Schizoid Personality Disorder is a condition characterized by excessive detachment from social relationships and a restricted range of expression of emotions in interpersonal settings. This disorder is only diagnosed when these behaviors become persistent and very disabling or distressing. This disorder should not be diagnosed if the distrust and suspiciousness occurs exclusively during the course of Schizophrenia, a Mood Disorder With Psychotic Features, or another Psychotic Disorder or if it is due to the direct physiological effects of a neurological (e.g., temporal lobe epilepsy) or other general medical condition.
Complications:
Individuals with this disorder may have particular difficulty expressing anger, which contributes to the impression that they lack emotion. Their lives sometimes seem directionless, and they appear to ?drift? in their goals. These individuals often react passively to adversity and have difficulty responding appropriately to important life events. Because of their lack of social skills and lack of desire for sexual experiences, individuals with this disorder have few friendships and often do not marry. Occupational functioning may be impaired, particularly if interpersonal involvement is required, but individuals with this disorder may do well when they work under conditions of social isolation.
Comorbidity:
In response to stress, individuals with this disorder may experience very brief psychotic episodes (lasting minutes to hours). If the psychotic episode lasts longer, this disorder may actually develop into Delusional Disorder or Schizophrenia. Individuals with this disorder are at increased risk for Major Depressive Disorder. Other Personality Disorders (especially Schizotypal, Schizoid, and Avoidant) often co-occur with this disorder.
Associated Laboratory Findings:
No laboratory test has been found to be diagnostic of this disorder.
Prevalence:
Schizoid Personality Disorder is uncommon in clinical settings. This disorder occurs slightly more commonly in males.
Course:
This disorder may be first apparent in childhood and adolescence with solitariness, poor peer relationships, underachievement in school, which may attract teasing from their peers. The course of this disorder is chronic.
Familial Pattern:
This disorder is more common among first-degree biological relatives of those with Schizophrenia or Schizotypal Personality Disorder.
robot anti pembohong
Suatu hari seorang ayah dengan girang membeli sebuah Robot yang canggih dalam mendeteksi kebohongan. Dia langsung tidak sabar ingin menguji keampuhan robotnya itu. Malam pun datang, sang anak pulang jam 11 malam. Di ruang tamu sang ayah sudah menanti bersama sang robot.
Ayah : Kamu dari mana Nak?
Anak : Belajar, Yah...
Kontan sang Robot pun menampar sang anak.
Ayah :Jangan bohong nak! Robot ini akan menamparmu tiap kali kamu berbohong. Ayo jawab yg benar, kamu dari mana?!
Anak : Nonton Yah di rumah temen...
Ayah : film apa?
Anak : film perang...
PLAK! Si anak kena tampar sekali lagi oleh robot.
Ayah : ayo yang jujur!
Anak : aku nonton film porno Yah
Ayah : ha... dasar kamu! Kamu tahu, waktu Ayah seumuran kamu, Ayah belum pernah nonton film porno...
PLAK! Sekarang giliran si ayah yang kena tampar robot. Mendengar suara ribut-ribut di ruang tamu, sang Ibu keluar dan melihat wajah anaknya merah lebam habis kena tampar robot.
Ibu : Ayah! Jangan keterlaluan gitu dong! Biarpun begitu dia kan anak darah daging mu!
PLAK! kali ini sang Ibu yang kena tampar robot.
Ayah : Kamu dari mana Nak?
Anak : Belajar, Yah...
Kontan sang Robot pun menampar sang anak.
Ayah :Jangan bohong nak! Robot ini akan menamparmu tiap kali kamu berbohong. Ayo jawab yg benar, kamu dari mana?!
Anak : Nonton Yah di rumah temen...
Ayah : film apa?
Anak : film perang...
PLAK! Si anak kena tampar sekali lagi oleh robot.
Ayah : ayo yang jujur!
Anak : aku nonton film porno Yah
Ayah : ha... dasar kamu! Kamu tahu, waktu Ayah seumuran kamu, Ayah belum pernah nonton film porno...
PLAK! Sekarang giliran si ayah yang kena tampar robot. Mendengar suara ribut-ribut di ruang tamu, sang Ibu keluar dan melihat wajah anaknya merah lebam habis kena tampar robot.
Ibu : Ayah! Jangan keterlaluan gitu dong! Biarpun begitu dia kan anak darah daging mu!
PLAK! kali ini sang Ibu yang kena tampar robot.
Senin, 15 November 2010
sepi
sepi adalah lapisan akhir dari suatu kondisi manusia. kita arahkan semua usaha kita untuk menghapus kesepian. merasakan kesendirian mempunyai arti ganda, di satu pihak, menyadari diri kita, dan dilain pihak, ingin membuang diri kita. kesepian yang juga merupakan siatusi dari kehidupan kita, muncul sebagai sebuah ujian dan sebuah penyaringan, yang pada akhirnya penderitaan dan kegelisahan akan lenyap. kesempurnaan dan pertemuan yang merupakan ketenangan dan kebahagiaan serta pendamaian kembali dengan dunia, menunggu kita di akhir labirin kesepian.
perumpamaan Schopenhauer
para ahli psikoanalisa mengatakan bahwa hampir pada semua tataran hubungan antara dua individu- perkawinan, persahabatan, hubungan cinta antara dua orang anak- tertoreh beban perasaan memusuhi, yang hanya dapat dihilangkan dengan proses penekanan. fenomena ini akan terlihat dengan jelas pada pasangan yang tak henti-hentinya bertengkar atau bawahan yang tak henti-hentinya mengeluhkan sikap majikannya. apabila rasa memusuhi ditujukan kepada orang yang dicintai, kita menyebutnya perhatian yang mendua. dan kita akan mencoba menghilangkannya lewat bermacam-macam dalih yang dapat disodorkan, ketika minat mulai membelok ke arah kebencian dan kekerasan yang menjadikan perasaan manusia yang paling mendasar. (Sigmund Freud, Massenpsychologie und Ich-Analyse)
Jumat, 12 November 2010
STRES
Hans Selye: hal yang dipakai namun merusak tubuh
• Berlebihan akan menjadi DISTRESS.
• David Spiegel: bebas dari stress tak mungkin. Yang mungkin: menghadapi stress dengan aktif dan efektif setiap hari. STRESS bisa MEMATIKAN.
• Dengan stress: pikiran dan tubuh tidak harmonis, bekerja tidak dengan semestinya.
STRESS
• Telah dihubungkan dengan berbagai seperti penyakit jantung, kekebalan tubuh yang makin lemah, dan kehilangan ingatan.
• Perempuan lebih sering stress dibandingkan dengan laki-laki meskipun tekanan darah laki-laki lebih cepat naik dari perempuan. Mengapa? Karena lebih emosional atau sentimental?
Hasilnya:
• 1/3 dari penduduk mengalami level stress yang ekstrim.
• 1/5 dari yang mengalami stress ekstrim itu mengalami 15 hari atau lebih hari-hari yang sangat stress.
Stress berart diakui telah merusak emosi dan fisik dari individu itu, sementara stress ringan atau moderat dapat menyehatkan bila ditangani dengan cara yang sehat pula.
BEBERAPA TAWARAN UNTUK MENGATASI
INGAT: BEBAS DARI STRESS TAK MUNGKIN, TETAPI BAGAIMAN KITA MENGATASINYA?
1. Ketahui: stress itu masalah temporal dan spesifik (Oleh Martin Seligman, psikolog dari Universitas Pensylvania). Ini menjadi harapan bagi orangnya dan tak perlu hancur karenanya. Diyakinkan: stress akan berlalu dan akan ada jalan keluarnya.
Cara lain:
2. Beberapa ahli dari Universitas Massachusett pada Center for Mindfulness in Medicine, Health Care and Society:
Mengendalikan hormon stress dengan:
- meditasi
- latihan-latihan relaksasi lainnya
Latihan ini menenangkan:
pikiran dan tubuh,
mengendalikan aliran hormon stress,
detak jantung maupun tekanan darah.
Lalu:
3. Massage (urut): sentuhan mengembangkan endorphins seperti morphine, meningkatkan suply oksigen pada otak.
4. Grup Pendukung (support Grup)
- Memperpanjang hidup orang yang menderita kanker kulit dan buah dada.
- Membantu penderita asthma atau arthritis rheumatoid mengrungi simptom-simptom mereka.
Selain itu
• 5. Identifikasi sumber-sumber stressmu:
- peristiwa/kejadian?
- Komunitas? Keluarga? Teman?
- Kerja?
- Diri, kesehatan? Panggilan?
Lalu:
6. Pelajari signal-signal stressmu:
- Marah
- Gampang tersinggung
- Lepas kontrol
- Sakit kepala
- Ketegangan otot
- Kurang energi?
- Sariawan?
- Alergi?
Pelajari:
7. Cara sehat mengatasi stress
- Ubah perilaku-perilaku tidak sehat mengatasi stress: terlalu banyak makan? Sharing dengan TTM? Perilaku tidak sehat dapat berkembang dari waktu ke waktu dan sulit diubah. Focus perubahan: perilaku tertentu, tidak sekaligus.
- aktivitas yang sehat: olah raga, meditasi, kegiatan bersama teman; sharing.
Lalu:
8. Jaga kesehatan:
- Makan secara benar
- Tidur cukup
- Minum banyak air
- Olah raga secara teratur seperti jalan kaki, lari-lari
- Libur yang teratur dan ambil kegiatan yang menolong dirimu seperti mendengar lagu atau membaca buku.
Pertanyaan Refleksi:
• Apa sumber-sumber stressmu selama ini? Siapa dan apa?
• Reaksi-reaksi fisik dan psikis mana yang kamu alami ketika anda stress?
• Apa yang kamu buat mengatasi stressmu selama ini?
- yang sehat?
- yang tidak sehat?
Pengolahan Emosi yang pertama:
• Olah Raga
• Sharing: menyalurkan apa yang telah tersimpan selama ini
• Transfer energi stress ke alam (batu, kayu atau ke udara).
Caranya:
1. Duduk dengan tenang dan bersatu dengan alam.
2. Rasakan energi stress yang mengganggu tubuh
3. Pindahkan ke batu, kayu atau udara selama 60 menit.
4. Disiplin dan tekun latihan agar makin berhasil.
• Berlebihan akan menjadi DISTRESS.
• David Spiegel: bebas dari stress tak mungkin. Yang mungkin: menghadapi stress dengan aktif dan efektif setiap hari. STRESS bisa MEMATIKAN.
• Dengan stress: pikiran dan tubuh tidak harmonis, bekerja tidak dengan semestinya.
STRESS
• Telah dihubungkan dengan berbagai seperti penyakit jantung, kekebalan tubuh yang makin lemah, dan kehilangan ingatan.
• Perempuan lebih sering stress dibandingkan dengan laki-laki meskipun tekanan darah laki-laki lebih cepat naik dari perempuan. Mengapa? Karena lebih emosional atau sentimental?
Hasilnya:
• 1/3 dari penduduk mengalami level stress yang ekstrim.
• 1/5 dari yang mengalami stress ekstrim itu mengalami 15 hari atau lebih hari-hari yang sangat stress.
Stress berart diakui telah merusak emosi dan fisik dari individu itu, sementara stress ringan atau moderat dapat menyehatkan bila ditangani dengan cara yang sehat pula.
BEBERAPA TAWARAN UNTUK MENGATASI
INGAT: BEBAS DARI STRESS TAK MUNGKIN, TETAPI BAGAIMAN KITA MENGATASINYA?
1. Ketahui: stress itu masalah temporal dan spesifik (Oleh Martin Seligman, psikolog dari Universitas Pensylvania). Ini menjadi harapan bagi orangnya dan tak perlu hancur karenanya. Diyakinkan: stress akan berlalu dan akan ada jalan keluarnya.
Cara lain:
2. Beberapa ahli dari Universitas Massachusett pada Center for Mindfulness in Medicine, Health Care and Society:
Mengendalikan hormon stress dengan:
- meditasi
- latihan-latihan relaksasi lainnya
Latihan ini menenangkan:
pikiran dan tubuh,
mengendalikan aliran hormon stress,
detak jantung maupun tekanan darah.
Lalu:
3. Massage (urut): sentuhan mengembangkan endorphins seperti morphine, meningkatkan suply oksigen pada otak.
4. Grup Pendukung (support Grup)
- Memperpanjang hidup orang yang menderita kanker kulit dan buah dada.
- Membantu penderita asthma atau arthritis rheumatoid mengrungi simptom-simptom mereka.
Selain itu
• 5. Identifikasi sumber-sumber stressmu:
- peristiwa/kejadian?
- Komunitas? Keluarga? Teman?
- Kerja?
- Diri, kesehatan? Panggilan?
Lalu:
6. Pelajari signal-signal stressmu:
- Marah
- Gampang tersinggung
- Lepas kontrol
- Sakit kepala
- Ketegangan otot
- Kurang energi?
- Sariawan?
- Alergi?
Pelajari:
7. Cara sehat mengatasi stress
- Ubah perilaku-perilaku tidak sehat mengatasi stress: terlalu banyak makan? Sharing dengan TTM? Perilaku tidak sehat dapat berkembang dari waktu ke waktu dan sulit diubah. Focus perubahan: perilaku tertentu, tidak sekaligus.
- aktivitas yang sehat: olah raga, meditasi, kegiatan bersama teman; sharing.
Lalu:
8. Jaga kesehatan:
- Makan secara benar
- Tidur cukup
- Minum banyak air
- Olah raga secara teratur seperti jalan kaki, lari-lari
- Libur yang teratur dan ambil kegiatan yang menolong dirimu seperti mendengar lagu atau membaca buku.
Pertanyaan Refleksi:
• Apa sumber-sumber stressmu selama ini? Siapa dan apa?
• Reaksi-reaksi fisik dan psikis mana yang kamu alami ketika anda stress?
• Apa yang kamu buat mengatasi stressmu selama ini?
- yang sehat?
- yang tidak sehat?
Pengolahan Emosi yang pertama:
• Olah Raga
• Sharing: menyalurkan apa yang telah tersimpan selama ini
• Transfer energi stress ke alam (batu, kayu atau ke udara).
Caranya:
1. Duduk dengan tenang dan bersatu dengan alam.
2. Rasakan energi stress yang mengganggu tubuh
3. Pindahkan ke batu, kayu atau udara selama 60 menit.
4. Disiplin dan tekun latihan agar makin berhasil.
MARAH
• Kita tahu apa itu marah karena kita bisa merasakannya.
• Marah normal dan sehat karena bagian emosi.
• Tidak sehat bila lepas kontrol, merusak bahkan menjadi tergantung pada emosi ini, “harus marah”.
Apa itu kemarahan?
• Charles Spielberger, psikolog dengan spesialisasi kemarahan: keadaan emosi yang intensitasnya berbeda dari iritasi ringan sampai kemarahan hebat.
• Seperti emosi lain kemarahan disertai perubahan fisiologis dan biologis.
• Ketika marah detak jantung dan tekanan darah naik demikian juga level hormon energi, adrenaline dan noradrenalin.
Mengapa orang marah?
• Kimia dalam otak, karena makanan dan minuman.
• Ketidakadilan.
• Frustrasi.
• Ancaman atau luka. Kemarahan muncul karena merasa ditolak, dilecehkan, dipermalukan, dikritik atau karena diancam.
• Belajar dari orang lain. Kemarahan dipelajari. Orang yang dimarahi sering memarahi orang yang lebih lemah.
Efek2 Buruk Kemarahan
• Fisik: luka, penaikan adreanlin, tekanan darah tinggi, detak jantung yang makin cepat, stroke dan sakit jantung.
• Emosional: rasa berdosa, rasa gagal, depressi, agitasi tetap, kemarahan yang bersifat kekerasan bahkan kemungkinan bunuh diri.
Karena dahsyat:
• kemarahan diatasi dengan komitment, kejujuran, keberanian diri yang sangat kuat.
• Penyebab:
- kejadian-kejadian luar dan dalam.
- luar: situasi komunitas, pribadi suster lain; dalam: masalah pribadi atau karena kejadian-kejadian traumatis.
Cara Mengungkapkan kemarahan:
• Insting: bereaksi secara agressif. Cara ini level terendah: mempertahankan diri.
• Proses Sadar atau tidak sadar:
1. Mengungkapkan: Mengungkapkan kebutuhan2 dan cara memenuhinya.
2. Menekan: stop dulu sambil berpikir untuk mengambil tindakan yang lebih konstruktif. Bahayanya: bila tak terekspressi bisa memakan diri sendiri; pribadi bisa menjadi sinis dan kasar. Orang ini bisa merendahkan orang lain, mengkritik segala sesuatu dan membuat komentar-komentar sinis. Ini menjadi ekspressi kemarahan patologis.
3. Menenangkan: relaksasi.
Mengatasinya:
• Relaksasi, khususnya bernafas lewat diaphragma.
• Restrukturasi kognitif. Ubah cara pikir dari negatif dengan positip. Pikiran adalah filter. Orang marah karena persepsinya/interpretasi terhadap stimulus negatif. Karena itu dia cenderung mengutuk, menyumpahi atau berbicara dengan kata-kata kasar karena filternya sudah negatif. Ingat, marah tidak membuat kita lebih baik tetapi lebih buruk. Orang marah karena terlalu menuntut orang lain untuk memenuhi keinginannya.
Cara lain:
• Mendengarkan atau komunikasi yang baik. Pikir dahulu sebelum berbicara, dengar pesan dengan baik. Ketika dikritik tenang saja dulu mendengar. Katakan dalam hati, si pengkritik lagi kurang enak badan.
• Menggunakan humor. Sejelek-jeleknya pun kemarahan bila kita punya waktu untuk berintrospeksi kita bisa membuat humor atas masalah itu. Kita bisa tertawa atas kebodohan kemarahan kita.
• Ubah lingkungan dan mengambil efek positif dari peristiwa stress.
Tugas-refleksi
Sharingkanlah dalam grup hal-hal berikut ini:
1. Mengapa anda sering marah? Apa penyebabnya?
2. Apa manfaat yang kamu terima dan diterima orang lain dari kemarahanmu?
3. Apa reaksi orang terhadap kemarahanmu dan bagaimana kamu menanggapi reaksi orang itu?
• Marah normal dan sehat karena bagian emosi.
• Tidak sehat bila lepas kontrol, merusak bahkan menjadi tergantung pada emosi ini, “harus marah”.
Apa itu kemarahan?
• Charles Spielberger, psikolog dengan spesialisasi kemarahan: keadaan emosi yang intensitasnya berbeda dari iritasi ringan sampai kemarahan hebat.
• Seperti emosi lain kemarahan disertai perubahan fisiologis dan biologis.
• Ketika marah detak jantung dan tekanan darah naik demikian juga level hormon energi, adrenaline dan noradrenalin.
Mengapa orang marah?
• Kimia dalam otak, karena makanan dan minuman.
• Ketidakadilan.
• Frustrasi.
• Ancaman atau luka. Kemarahan muncul karena merasa ditolak, dilecehkan, dipermalukan, dikritik atau karena diancam.
• Belajar dari orang lain. Kemarahan dipelajari. Orang yang dimarahi sering memarahi orang yang lebih lemah.
Efek2 Buruk Kemarahan
• Fisik: luka, penaikan adreanlin, tekanan darah tinggi, detak jantung yang makin cepat, stroke dan sakit jantung.
• Emosional: rasa berdosa, rasa gagal, depressi, agitasi tetap, kemarahan yang bersifat kekerasan bahkan kemungkinan bunuh diri.
Karena dahsyat:
• kemarahan diatasi dengan komitment, kejujuran, keberanian diri yang sangat kuat.
• Penyebab:
- kejadian-kejadian luar dan dalam.
- luar: situasi komunitas, pribadi suster lain; dalam: masalah pribadi atau karena kejadian-kejadian traumatis.
Cara Mengungkapkan kemarahan:
• Insting: bereaksi secara agressif. Cara ini level terendah: mempertahankan diri.
• Proses Sadar atau tidak sadar:
1. Mengungkapkan: Mengungkapkan kebutuhan2 dan cara memenuhinya.
2. Menekan: stop dulu sambil berpikir untuk mengambil tindakan yang lebih konstruktif. Bahayanya: bila tak terekspressi bisa memakan diri sendiri; pribadi bisa menjadi sinis dan kasar. Orang ini bisa merendahkan orang lain, mengkritik segala sesuatu dan membuat komentar-komentar sinis. Ini menjadi ekspressi kemarahan patologis.
3. Menenangkan: relaksasi.
Mengatasinya:
• Relaksasi, khususnya bernafas lewat diaphragma.
• Restrukturasi kognitif. Ubah cara pikir dari negatif dengan positip. Pikiran adalah filter. Orang marah karena persepsinya/interpretasi terhadap stimulus negatif. Karena itu dia cenderung mengutuk, menyumpahi atau berbicara dengan kata-kata kasar karena filternya sudah negatif. Ingat, marah tidak membuat kita lebih baik tetapi lebih buruk. Orang marah karena terlalu menuntut orang lain untuk memenuhi keinginannya.
Cara lain:
• Mendengarkan atau komunikasi yang baik. Pikir dahulu sebelum berbicara, dengar pesan dengan baik. Ketika dikritik tenang saja dulu mendengar. Katakan dalam hati, si pengkritik lagi kurang enak badan.
• Menggunakan humor. Sejelek-jeleknya pun kemarahan bila kita punya waktu untuk berintrospeksi kita bisa membuat humor atas masalah itu. Kita bisa tertawa atas kebodohan kemarahan kita.
• Ubah lingkungan dan mengambil efek positif dari peristiwa stress.
Tugas-refleksi
Sharingkanlah dalam grup hal-hal berikut ini:
1. Mengapa anda sering marah? Apa penyebabnya?
2. Apa manfaat yang kamu terima dan diterima orang lain dari kemarahanmu?
3. Apa reaksi orang terhadap kemarahanmu dan bagaimana kamu menanggapi reaksi orang itu?
Langganan:
Postingan (Atom)