Minggu, 09 Januari 2011

Kurt Lewin

Teori Belajar Dengan Pendekatan Teori Medan
Kurt Lewin (1890-1947) kelahiran Prussia Timur (sekarang Polandia) adalah seorang psikologis eksperimental yang terkenal di University of Berlin yang melarikan diri sebagai pengungsi dari regim Hitler. Ia kemudian menjadi seorang psikologis sosial di Amerika dan mempelopori eksperimen klasik dalam komunikasi kelompok. Pada awalnya Lewin adalah seorang psikologi individualistik kemudian berubah menjadi psikologi sosial pada komunikasi kelompok kecil. Dan Lewin tercatat sebagai pendiri riset dan pelatihan di dinamika kelompok dan untuk menciptakan gaya manajemen partisipatif dalam organisasi.
Lewin memperoleh gelar Ph.D. di bidang Psikologi dari Royal Friedrich-Wilhelms University of Berlin. Teori psikologi Lewin telah terpengaruh dari studi terdahulunya mengenai pengobatan, matematik dan khususnya fisika. Lewin juga dipengaruhi langsung oleh professor filsafatnya bernama Ernst Cassier yang mengilhami Lewin dalam ilmu filsafat. Meskipun Lewin memperoleh gelar doktornya di University of Berlin dan mengajar di sana setelah Perang Dunia I, ia bukan seorang Gestalist yang fanatik. Psikologi gestalt menyelidiki proses subjective pengalaman individual; secara keseluruhan, pada bagaimana individu merasakan lingkungan mempengaruhi perilaku individu. Sebaliknya Lewin tertarik pada kekuatan yang mengarahkan tindakan individual.
Dalam proses memperoleh gelar doktornya, Lewin terlibat dalam Perang Dunia I sebagai seorang prajurit Jerman, tapi kemudian ia tertembak dan dirawat di rumah sakit. Selama periode ini Lewin memanfaatkan waktunya untuk menulis “The War Landscape” dipublikasikan tahun 1917 dan tesisnya mengenai “Habilitation”. Tahun 1921 Lewin mulai mengajar di Psychological Institute di University of Berlin sebagai pengajar tidak tetap dan mulai mengembangkan reputasi akademisnya melalui serangkaian eksperimen penting yang dilakukan oleh mahasiswa doktornya. Selama 1920-an, Lewin mulai memformalkan bidang teorinya yang juga disebut ‘group dynamics and topological psychology’ dari Lewin).
Ketika mengembangkan teorinya, Lewin meminjam teori dari fisika (sebagai contoh apa yang disebut orang ‘field of magnetic force’) tapi tidak diterapkankannya secara keseluruhan. Malahan ia mengambil konsep fisika dan memberikannya makna khusus untuk psikologi. Misalnya ketika ia menggunakan istilah valence, vector dan barrier. Sumbangan Lewin bagi bidang psikologi di Amerika yaitu mengenai subjektivisme pada tahun 1930-an. Termasuk di antaranya Edward C. Tolman dan Kurt Lewin menawarkan tipe kognitif alternatif pada behaviorisme Clark Hull merupakan pusat pembelajaran S-R dan berpedoman pada teori Freudian. Sumbangan Tolman “the cognitivist for experimental psychology” dan Lewin “the cognitivist for social psychology”, mempelopori pendekatan kognitif pada psikologi sampai sekarang.
Bahasan Lewin mengenai kognitif mendekatkan posisi teoritisnya pada ilmu komunikasi sebagai produk dan keaslian komunikasi. Apa yang ada dipikiran manusia merupakan sebuah produk penerimaan komunikasi, dan apa yang manusia katakan diambil dari konten pada pikiran yang sama, maka dikatakannya konten melalui transformasi dan berinteraksi dengan yang lainnya. Hubungan antara penekanan bidang teori kognitif dan proses komunikasi manusia mengarahkan Lewin sebagai nenek moyang studi komunikasi. Kemudian Lewin mengikuti pendekatan fenomenologikal dalam teori risetnya yang dikombinasikan dengan ilmu alam. Sebagai bagian dari proses Amerikanisasinya, Lewin berubah dari philosophical dan fundamental psikologi menjadi lebih aplikatif. Tapi menurut Lewin, dengan mengaplikasikan sebuah teori merupakan sebuah cara untuk menguji validitas. Namun demikian karyanya termasuk praktis dan teoritis, risetnya secara jelas dikendalikan dengan teori dan bukan oleh data.
Tahun 1932, Lewis Terman, kepala Departement of Psychology di Stanford University menawarkan Lewin mengajar selama enam bulan, setelah ia terkesan dengan film yang dibuat Lewin. Setelah menyelesaikan masa mengajarnya, Lewin kembali ke Berlin tapi kemudian ia mengundurkan diri dari Psychological Institute di University Berlin dan berimigrasi ke Amerika tahun 1933. Kepindahannya ke Amerika sangat berpengaruh pada karya akademisinya, merubah dari keahlian awalnya pada persepsi dan psikologi pembelajaran menjadi seorang psikologis sosial yang tertarik pada prasangka, kepemimpinan otoriter, dan pengaruh kelompok.
Setelah berada di Amerika, pusat perhatiannya ada dalam pengaruh kelompok pada perilaku individual. Lewin percaya bahwa identifikasi dengan sebuah kelompok memberikan cara pandang pada seorang individu, sebuah perspektif dan sebuah makna pribadi. Ketika seorang individu menerima informasi melalui sebuah proses komunikasi, makna pesan ditentukan, bagian dimana kelompok milik seseorang. Perhatian khusus Lewin ada pada fenomena kebencian pribadi di antara orang-orang Yahudi dan ia menulis artikel topik ini tahun 1941 yang berargumentasi bahwa di antara anggota kelompok minoritas senantiasa ada subjek kebencian pribadi.
Selama sembilan tahun di Iowa (setelah sebelumnya mengajar dua tahun di School of Home Economics di Cornell University), Lewin mulai tertarik pada psikologi kelompok khususnya yang berasal dari siswa doktoralnya, Ronald Lippitt yang datang ke Iowa dengan gelar sarjana bidang kelompok dan dengan pengalaman sebagai seorang eksekutif Pramuka. Kolaborasi Lewin dan Lippitt menghasilkan eksperimen kepemimpinan kelompok pada pemimpin autocratic, democratic dan laissez-faire dan berhasil menarik perhatian publik dan akademisi. Selain itu Lewin juga menjadi lebih seorang psikologis sosial dalam pemikirannya dan berbeda dengan yang lainnya (Gordon Allport, Muzafer Sherif, Theodore Newcomb, dan Daniel Katz) yaitu ia mencoba menciptakan dalam laboratorium situasi penuh kekuasaan sosial yang memberikan perbedaan besar. Lewin dan Lippitt melakukan riset pada kelompok anak-anak pramuka di Iowa Child Welfare Research Station. Dan Margaret Mead menyebut apa yang dilakukan Lewin dan lainnya sebagai ‘experimental anthropology’ karena menciptakan budaya kelompok dalam laboratorium mereka.
Setelah keluar dari Iowa tahun 1945, Lewin menjadi pengajar di MIT sampai wafatnya tahun 1947. MIT merupakan tempat dimana Lewin mempimpin Research Center for Group Dynamics di bawah Department of Economics and Social Sciences yang berorientasi pada pemecahan masalah sosial. Lewin beranggapan bahwa riset terapan harus dibimbing dengan ketat dimana seseorang dapat menguji proposisi teoritis antara riset dasar dan riset terapan yang mungkin valid dalam fisik dan kimia tidak perlu hadir dalam ilmu alam.
Alex Bavelas, mahasiswa doktoral di Iowa mengatakan bahwa meskipun orang sedikit otoriter dalam memimpin kerja kelompok, ia juga bisa dilatih untuk mendapatkan gaya kepemimpinan demokratik. Bavelas membuat sketsa beberapa kemungkinan dan menggunakannya dalam proyek manajemen partisipatif pada sebuah pabrik di Virginia. Rangkaian eksperimen lapangan di pabrik Harwood menunjukkan bahwa manajemen partisipatif mengarah pada peningkatan produktivitas. Kemudian, Lewin menjadi terkenal di antara ilmuwan-ilmuwan organisasional dan di antara professor manajemen bisnis.
Penelitian Lewin dengan mahasiswa doktoralnya di Child Welfare Research Station of the University of Iowa didanai oleh Food Habits Committee of the National Research Council di Washington D.C. Bertindak sebagai komite sekretaris eksekutif yaitu Margaret Mead. Studi-studi Lewin mengenai gizi cocok dengan upaya Amerika untuk mengatasi kekurangan makanan saat Perang Dunia II, di antaranya studi makan roti gandum versus roti putih (terigu), meningkatkan konsumsi susu dan meyakinkan ibu-ibu untuk memberikan anak-anaknya minyak ikan dan jus jeruk sebaik dalam memberikan susu. Selain itu studi Lewin yang dikenal dengan sebutan ‘sweetbreads study’ merupakan suatu upaya untuk memperkenalkan dan meningkatkan konsumsi jenis-jenis daging yang tidak dikonsumsi orang-orang Amerika, seperti jantung sapi, thymus (sweetbreads atau jerohan), hati, ginjal, kelenjar daging yang umumnya tidak disukai oleh ibu-ibu rumah tangga di Iowa.
Studi eksperimen sweetbreads dari Lewin menjadi sebuah studi klasik mengenai perbedaan antara komunikasi interpersonal interaktif (disajikan dengan kondisi diskusi) dan komunikasi massa satu arah (kurang lebih sama dengan kondisi belajar di kelas). Lewin mengeneralisasi hasil studi sweetbreads dan penelitian-penelitian lainnya di Iowa ke dalam tiga tahap prosedur pada perubahan perilaku, meliputi tahap unfreezing, moving dan freezing perilaku baru. Seterusnya, ketika perilaku seseorang berubah, segera kembali pada perilaku tetap sebelumnya, meskipun perubahan terakhir diinginkan. Pengaruh anggota kelompok lainnya pada perilaku individu merupakan faktor penting dalam merubah dan mempertahankan beberapa perilaku. Lewin kemudian menyimpulkan bahwa keputusan kelompok merupakan sebuah efek ‘freezing’ untuk tindakan berikutnya.
Selain itu dalam studi sweetbreads, Lewin menemukan bahwa ibu-ibu rumah tangga merupakan ‘gatekeepers’ pada pengenalan makanan baru untuk keluarga mereka. Kemudian konsep gatekeepers dapat diaplikasikan untuk situasi komunikasi yang lebih luas seperti untuk menyebarkan berita-berita melalui saluran komunikasi yang ada dalam sebuah kelompok. Teori Lewin mengenai proses gatekeeping ini kemudian digunakan oleh banyak ilmuwan yang perhatian pada studi peran gatekeeping di media massa, misalnya David Manning White (1950), dll. Sekarang ini konsep gatekeeping Lewin telah digunakan secara luas oleh ilmuwan komunikasi khususnya dalam riset komunikasi organisasional dan studi-studi pada organisasi baru.
Ilmuwan-ilmuwan yang turut terpengauh oleh pemikiran-pemikiran Lewinian, di antaranya Leon Festinger dengan studi ‘Wesgate housing’. Di sini Festinger menemukan bahwa jarak fisik sangat mempengaruhi siapa berinteraksi dengan siapa. Festinger, Schachter dan Bach merargumen bahwa satu alasan kuatnya dampak space (ruang/jarak) pada siapa berinteraksi dengan siapa, dengan jaran fisik yang lebih dekat, dua orang lebih suka untuk melakukan kontak satu dengan yang lainnya secara tidak disengaja, dimana bisa menghasilkan persahabatan. Seperti ketika mereka menjemur pakaian, atau membuang sampah, atau duduk di serambi, seseorang lebih suka bertemu tetangga sebelah kamarnya daripada orang lain yang jarak tempat tinggal empat atau lima rumah. Studi Wesgate ini kemudian diperteguh oleh penelitian selanjutnya bahwa ruang/jarak merupakan faktor penting yang menentukan siapa berbicara dengan siapa.
Selain itu karya Festinger lainnya yang juga terkenal yaitu teori ‘cognitive dissonance’ yang terpengaruh oleh balance theory dari Heider dan congruity principle (prinsip harmoni) dari Osgood-Tennenbaum, sebaik field theory Kurt Lewin dan perspektif Lewin mengenai Gestatlist yang dibawanya dari Berlin. Disonansi merupakan derajat di saat individu menghadapi dua elemen kognisi yang bertentangan. Salah satu dampak disonansi adalah seseorang akan menghindari terpaan pesan-pesan yang bertentangan.
Alex Bavelas adalah peneliti yang mengembangkan sebuah tradisi riset laboratorium secara eksperimen menciptakan jejaring (network) seperti chain (rantai), wheel (roda), dan star (bintang). Kemudian, bagian dari dinamika kelompok Lewinian berevolusi ke dalam riset matematika pada jejaring sosial.

KONSEP KEPRIBADIAN LEWIN
Bagi Lewin, teori medan merupakan sekumpulan konsep dimana seseorang dapat menggambarkan kenyataan psikologis. Konsep-konsep ini harus cukup luas untuk dapat diterapkan dalam semua bentuk tingkah laku, dan sekaligus juga cukup spesifik untuk menggambarkan orang tertentu dalam suatu situasi konkret. Lewin juga menggolongkan teori medan sebagai “suatu metode untuk menganalisis hubungan-hubungan kausal dan untuk membangun konstruk-konstruk yang ilmiah.
Ciri-ciri utama dari teori Lewin, yaitu :
1) Tingkah laku adalah suatu fungsi dari medan yang ada pada waktu tingkah laku itu terjadi
2) Analisis dimulai dengan situasi keseluruhan dimana bagian-bagian komponennya dipisahkan.
3) Orang yang kongkret dalam situasi yang kongkret dapat digambarkan secara matematis
Konsep-konsep teori medan telah diterapkan Lewin dalam berbagai gejala psikologis dan sosiologis, termasuk tingkah laku bayi dan anak anak, masa adolesent, keterbelakangan mental, masalah-masalah kelompok minoritas, perbedaan-perbedaan karakter nasional dan dinamika kelompok. Dalam makalah ini, kita akan memusatkan perhatian pada teori Lewin tentang struktur, dinamika dan perkembangan kepribadian yang dikaitkan dengan lingkungan psikologis, karena orang-orang dan lingkungannya merupakan bagian-bagian ruang kehidupan (life space) yang saling tergantung satu sama lain. Life space digunakan Lewin sebagai istilah untuk keseluruhan medan psikologis.

1) Struktur Kepribadian
Lewin menggambarkan manusia sebagai pribadi berada dalam lingkungan psikologis, dengan pola hubungan dasar tertentu. Dengan cara ini , Lewin berusaha mematematisasikan konsep-konsepnya sejak dari permulaan. Matematika Lewin menggambarkan hubungan-hubungan spasial dengan istilah-istilah yang berbeda. Pada dasarnya matematika Lewin merupakan jenis matematika untuk menggambarkan interkoneksi dan interkomunikasi antara bidang-bidang spasial dengan tidak memperhatikan ukuran dan bentuknya.
Pemisahan pribadi dari yang lain-lainnya di dunia dilakukan dengan menggambarkan suatu figur yang tertutup. Batas dari figur menggambarkan batas-batas dari entitas yang dikenal sebagai pribadi. Segala sesuatu yang terdapat dalam batas itu adalah P (pribadi), sedangkan segala sesuatu yang terdapat di luar batas itu adalah non-P.
Selanjutnya untuk melukiskan kenyataan psikologis ialah dengan menggambar suatu figur tertutup lain yang lebih besar dari pribadi dan yang melingkupnya. Bentuk dan ukuran figur yang melingkupi ini tidak penting asalkan ia memenuhi dia syarat yakni lebih besar dari pribadi dan melingkupimya. Figur yang baru ini tidak boleh memotong bagian dari batas lingkaran yang menggambarkan pribadi. Lingkaran dalam elips ini bukan sekedar suatu ilustrasi atau alat peraga, melainkan sungguh-sungguh merupakan suatu penggambaran yang tepat tentang konsep-konsep struktural yang paling umum dalam teori Lewin, yakni pribadi, lingkungan psikologis dan ruang hidup.
Unsur-unsur pembentuk kepribadian menurut Kurt Lewin terdiri atas:
a. Ruang Hidup
Ruang hidup mengandung semua kemungkinan fakta yang dapat menentukan tingkah laku individu. Ruang hidup meliputi segala sesuatu yang harus diketahui untuk memahami tingkah laku kongkret manusia individual dalam suatu lingkungan psikologis tertentu pada saat tertentu. Tingkah laku adalah fungsi dari ruang hidup. Secara matematis: TL=f(RH). Fakta-fakta non psikologis dapat dan sungguh-sungguh mengubah fakta-fakta psikologis. Fakta-fakta dalam lingkungan psikologis dapat juga menghasilkan perubahan-perubahan dalam dunia fisik. Ada komunikasi dua arah antara ruang hidup dan dunia luar yang bersifat dapat ditembus (permeability), tetapi dunia fisik (luar) tidak dapat berhubungan langsung dengan pribadi karena suatu fakta harus ada dalam lingkungan psikologis sebelum mempengaruhi/dipengaruhi oleh pribadi.

b.Lingkungan Psikologis
Merupakan daerah di dalam elips tetapi diluar lingkaran. Daerah ini dibagi-bagi dalam pecahan-pecahan yang disebut region. Sedangkan semua garis yang tertera pada diagram diatas yang merupakan batas antar sel, antar region disebut bondaris. Lingkungan Psikologis berhenti pada batas pinggir elips, tetapi batas antara pribadi dan lingkungan juga bersifat dapat ditembus. Hal ini berarti fakta fakta lingkungan dapat mempengaruhi pribadi.
Secara matematis : P = f (LP)
Dan fakta fakta pribadi dapat mempengaruhi lingkungan.
Secara matematis : LP = f (LP)

c. Pribadi
Menurut Lewin, pribadi adalah heterogen, terbagi menjadi bagian-bagian yang terpisah meskipun saling berhubungan dan saling bergantung. Daerah dalam personal dibagi menjadi sel-sel. Sel-sel yang berdekatan dengan daerah konseptual motor disebut sel-sel peripheral (p), sel-sel dalam pusat lingkaran disebut sel-sel sentral (s). Sistem motor bertidak sebagai suatu kesatuan karena biasanya lahannya dapat melakukan suatu tindakan pada satu saat. Begitu pula dengan sistem perseptual artinya orang hanya dapat memperhatikan dan mempersepsikan satu hal pada satu saat. Bagian bagian tersebut mengadakan komunikasi dan interdependen, tidak bisa berdiri sendiri.

d. Lingkungan Non-Psikologis
Lingkungan ini luasnya tidak terhingga sehingga tidak mempunyai bondaris (pada gambar dibatasi persegi empat). Apa saja yang ada tetapi tidak menjadi stimulus bagi diri seseorang bisa termasuk kedalam lingkungan non psikologis seperti benda, obyek, fakta-fakta atau situasi sosial. Benda atau obyek secara fisik dekat individu tetapi bila tidak menyentuh fungsi psikologisnya maka benda itu secara psikologis tidak berada di daerah psikologis sehingga benda berada di daerah non psikologis (daerah kulit asing).

2) Dinamika Kepribadian
Konsep-konsep dinamika pokok dari Lewin terdiri atas energi psikis (psychic energy), tegangan , kebutuhan (need), tindakan (action) meliputi vector (kekuatan yang mendorong terjadinya tingkah laku) dan valensi (nilai region dari lingkungan psikologis bagi pribadi) serta lokomosi (perpindahan lingkaran pribadi). Konstruk-konstruk dinamik ini menentukan lokomosi khusus dari individu dan cara ia mengatur struktur lingkungannya, Lokomosi dan perubahan-perubahan struktur berfungsi mereduksikan tegangan dengan cara memuaskan kebutuhan.
Suatu tegangan dapat direduksikan dan keseimbangan dipulihkan oleh suatu lokomosi substitusi. Proses ini menuntut bahwa dua kebutuhan erat bergantungan satu sama lain sehingga pemuasan salah satu kebutuhan adalah melepaskan tegangan dari sistem kebutuhan lainnya. Akhirnya, tegangan dapat direduksikan dengan lokomosi-lokomosi murni khayalan. Seseorang yang berkhayal bahwa ia telah melakukan suatu perbuatan yang sulit atau menempati suatu jabatan yang tinggi mendapat semacam kepuasan semu dari sekedar berkhayal tentang keberhasilan.

3) Perkembangan Kepribadian
Menurut Lewin, hakekat Perkembangan Kepribadian itu adalah :
a) Diferensiasi
yaitu semakin bertambah usia, maka region-region dalam pribadi seseorang dalam LP-nya akan semakin bertambah. Begitu pula dengan kecakapan kecakapan/ keterampilan keterampilannya. Contoh: orang dewasa lebih pandai menyembunyikan isi hatinya daripada anak-anak (region anak lebih mudah ditembus).
b) Perubahan dalam variasi tingkah lakunya
c) Perubahan dalam organisasi dan struktur tingkah lakunya lebih kompleks.
d) Bertambah luasnya arena aktivitas individu
contoh: Anak kecil terikat oleh masa kini sedangkan orang dewasa terikat oleh masa kini, masa lampau dan masa depan.
e) Perubahan dalam realitas.
Dapat membedakan mana yang khayal dan yang nyata, pola berpikir meningkat ,contohnya dari pola berpikir assosiasi menjadi pola berpikir abstrak.