Senin, 21 November 2011

hidup yang penuh makna..............


..............

............

...............
...
......................
hidup yang penuh makna..............


..............

............

...............
...
......................

Senin, 31 Oktober 2011

maaf

orang yang memberikan maaf dan menunjukkan belas kasihan akan diberkahi, begitu juga orang yang mendapatkan maaf dan belaskasih. tidak ada kepribadian yang mencapai perkembangan sempurna jika belum bisa memiliki sifat pemaaf yang memadai.

Selasa, 04 Oktober 2011

kepribadian

Personality atau kepribadian berasal dari kata persona, kata persona merujuk pada topeng yang biasa digunakan para pemain sandiwara di Zaman Romawi. Secara umum kepribadian menunjuk pada bagaimana individu tampil dan menimbulkan kesan bagi individu-individu lainnya. Pada dasarnya definisi dari kepribadian secara umum ini adalah lemah karena hanya menilai perilaku yang dapat diamati saja dan tidak mengabaikan kemungkinan bahwa ciri-ciri ini bisa berubah tergantung pada situasi sekitarnya selain itu definisi ini disebut lemah karena sifatnya yang bersifat evaluatif (menilai), bagaimanapun pada dasarnya kepribadian itu tidak dapat dinilai “baik” atau “buruk” karena bersifat netral.

Kepribadian menurut Psikologi

Untuk menjelaskan kepribadian menurut psikologi saya akan menggunakan teori dari George Kelly yang memandang bahwa kepribadian sebagai cara yang unik dari individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya. Sementara Gordon Allport merumuskan kepribadian sebagai “sesuatu” yang terdapat dalam diri individu yang membimbing dan memberi arah kepada seluruh tingkah laku individu yang bersangkutan.

Lebih detail tentang definisi kepribadian menurut Allport yaitu kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik individu yang menentukan tingkah laku dan pikiran individu secara khas.

Allport menggunakan istilah sistem psikofisik dengan maksud menunjukkan bahwa jiwa dan raga manusia adalah suatu sistem yang terpadu dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, serta diantara keduanya selalu terjadi interaksi dalam mengarahkan tingkah laku. Sedangkan istilah khas dalam batasan kepribadian Allport itu memiliki arti bahwa setiap individu memiliki kepribadiannya sendiri. Tidak ada dua orang yang berkepribadian sama, karena itu tidak ada dua orang yang berperilaku sama.

Sigmund Freud memandang kepribadian sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga sistem yaitu Id, Ego dan Superego. Dan tingkah laku, menurut Freud, tidak lain merupakan hasil dari konflik dan rekonsiliasi ketiga sistem kerpibadian tersebut.

sahabat

Terkadang ada saat-saat dalam hidup ketika engkau merindukan seseorang begitu dalam, hingga engkau ingin mengambilnya dari angan-anganmu, lalu memeluknya erat-erat !


Ketika pintu kebahagiaan tertutup, pintu yang lain terbuka...tetapi, seringkali kita memandang terlalu lama pada pintu yang tertutup hingga kita tidak melihat pintu lain, yang telah terbuka bagi kita.


Jangan percaya penglihatan; penglihatan dapat menipu.
Jangan percaya kekayaan; kekayaan dapat sirna.
Percayalah pada dia yang dapat membuatmu tersenyum.
........... Sebab hanya senyumlah yang dibutuhkan untuk mengubah hari gelap menjadi terang.
Carilah dia, yang membuat hatimu tersenyum.
Angankan apa yang engkau ingin angankan...
Pergilah kemana engkau ingin pergi...
Jadilah seperti yang engkau kehendaki.
Sebab hidup hanya satu kali dan engkau hanya memiliki satu kesempatan untuk melakukan segala hal yang engkau ingin lakukan.


Semoga engkau punya cukup kebahagiaan untuk membuatmu tersenyum.
Cukup pencobaan untuk membuatmu kuat.
Cukup penderitaan untuk tetap menjadikanmu manusiawi.
Dan cukup pengharapan untuk menjadikanmu bahagia.


Mereka yang paling berbahagia tidaklah harus memiliki yang terbaik dari segala sesuatu.
Mereka hanya mengoptimalkan segala sesuatu yang datang dalam perjalanan hidup mereka.
Masa depan yang paling gemilang akan selalu dapat diraih dengan melupakan masa lalu yang kelabu.
Engkau tidak akan dapat maju dalam hidup hingga engkau melepaskan segala kegagalan dan sakit hatimu.


Ketika engkau dilahirkan, engkau menangis sementara semua orang di sekelilingmu tersenyum. Jalani hidupmu sedemikian rupa, hingga pada akhirnya engkaulah satu-satunya yang tersenyum sementara semua orang di sekelilingmu menangis.
Jangan hitung tahun-tahun yang lewat, hitunglah s aat-saat yang indah .
HIDUP TIDAK DIUKUR DENGAN BANYAKNYA NAPAS YANG KITA HIRUP melainkan DENGAN SAAT-SAAT DIMANA KITA MENARIK NAPAS BAHAGIA.

Sabtu, 13 Agustus 2011

MASA LIBURAN

ASYIK LIBURAN,,,,
BANYAK HAL YANG SAYA TEMUKAN
SUATU SAAT AKAN SAYA CEITAKAN...
UNTUK MU DAN UNTUK SEMUA....

Senin, 06 Juni 2011

MENGIKUTI YESUS

Minggu Biasa XXIII
Keb 9:13-18; Flm 9b-10.12-17; Lk 14: 25-33

Yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku

Kalau seseorang ingin melamar kerja, mau jadi pegawai negeri, kepala desa, mahasiswa, anggota sebuah organisasi, bahkan untuk menjadi frater atau suster, kepada pelamar pertama-tama akan disodorkan formulir berisikan sejumlah persyaratan yang mesti dipenuhi. Misalnya: usia, tinggi badan, pendidikan, pengalaman kerja, tempat tinggal, status, jenis kelamin, penghasilan dll. Kriteria yang dituntut bervariasi, tergantung dari tujuan yang mau dicapai organisasi atau instansi tersebut. Jelas akan sangat berbeda persyaratan untuk menjadi kepala desa dengan mahasiswa, apalagi menjadi suster. Di atas kertas, hanya mereka yang menyanggupi kriteria tersebut akan lolos seleksi. Kenyataan memang sering berkata lain. Di negeri kita ini semua bisa disulap dan ditukangi sampai seorang tukang mesti sanggup membuat meja bulat segi empat atau segitiga. Ijazah SMA atau SD pun dapat diproses menjadi Sarjana bahkan master. Dalam kondisi yang sedemikian korup dan kacau, kriteria dan persyaratan kerap tinggal dokumen tertulis, sementara kenyataan jauh panggang dari api. Ternyata sejumlah caleg diadili karena terbukti memalsukan dokumen. Pengurus Gereja juga bisa memberi kesaksian yang kurang terpuji, supaya familinya dapat melangsungkan perkawinan kendati tidak pernah hadir di Gereja apalagi membayar segala kewajiban.
Kutipan Injil pada hari Minggu ini bagi telinga kita terasa terlalu keras, kalau tidak dipahami dengan baik. Rasanya Biara kita ini pun akan kosong dan saya juga tak akan berani berdiri di depan ini, kalau perkataan Yesus tidak dimengerti dengan tepat. Yesus memasang harga mati dan kriteria yang tak bisa ditawar-tawar bagi mereka yang ingin menjadi murid-Nya. Waktu itu banyak orang mengikuti Yesus, dikatakan berduyun-duyun. Mereka tertarik dengan popularitas yang dimiliki Yesus. Yesus mendapat tempat di setiap hati, menjadi buah bibir semua orang, disambut di mana-mana, dikagumi karena banyak tanda heran. Orang banyak itu tertarik karena ada udang di balik batu, siapa tahu kecipratan sesuatu dari kebesaran nama Yesus. Budaya dan mentalitas mumpungisme, nompang tenar entah hanya sebatas jadi murid. Cara penggabungan diri dengan motivasi yang kurang murni dan dangkal. Belum kenal sudah bilang sayang. Sebab, “ada uang abang disayang; ludes uang, abang pun melayang”.
Yesus berkata, “Jika seseorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudanya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Barang siapa tidak memikul salibnya dan mengikuti Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku”. Apakah Yesus memberi suatu kriteria yang bertentangan dengan kaidah normal hidup manusia. Sudah dari Perjanjian Lama, Allah memberi perintah menghormati ibu-bapa. Pada bagian lain pengajaran-Nya, Yesus sendiri sangat menekankan sikap hormat dalam keluarga, dan saling mengasihi sebagai saudara dan saudari.
Bukan kebencian yang mau ditanamkan Yesus, melainkan supaya para pengikut-Nya tahu apa yang lebih penting dan utama dalam kehidupannya sebagai murid Kristus. Barangkali kita akan sangat terbantu untuk memahaminya dengan ungkapan Mateus yang bernada sama, “Barangsiapa mengasihi bapa, ibu, anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku”. Pada bagian lain ditambahkan keharusan menyangkal diri dan memikul salib. Di sini kita sampai pada persoalan mengenai prioritas dan skala nilai dalam hidup. Dari mereka yang mau mengikuti-Nya, Yesus menuntut cinta melebihi cinta kepada semua orang yang disayangi dan segala milik. Maka sebelum memutuskan menjadi pengikut Yesus, sangat baik merenungkan tuntutan menjadi dan konsekuensi menjadi murid Yesus. Pikir dulu pendapatan, sesal kemudian tidak berguna.
Barangkali ketika Yesus mengucapkan kata-kata ini (atau waktu Lukas menuliskan Injilnya) banyak orang tidak lagi menyadari keseriusan dan radikalnya ajakan Yesus. Mereka menyangka bahwa dengan mengikuti Yesus, yang adalah Mesias, mereka akan meraup sejumlah besar keuntungan. Mereka tidak siap untuk menerima salib. Atau mungkin mereka mengira bahwa mengikuti Yesus itu memang penting, tetapi tidak harus sampai mengurbankan segala sesuatu. Yesus mengingatkan kembali konsekuensi dari setiap pilihan.
Kita juga mesti menjatuhkan pilihan dan melaksanakan tuntuntuan dari pilihan. Namun sering kita sadar bahwa ada sesuatu yang lebih penting, tetapi kita kerap mengorbankan yang lebih penting untuk sesuatu yang kurang penting. Untuk beriman dengan teguh, kita tahu harus selalu mengurbankan yang lain. Tetapi kesalahan yang sama tetap terulang. Manusia kerap lebih bodoh dari keledai yang tak pernah jatuh dalam jurang yang sama. Pertemuan persaudaraan, retret, menghadiri pesta kaul kekal, doa bersama dan makan bersama kita tahu sebagai sesuatu yang penting, tetapi kita menempatkannya pada posisi terakhir. Kita mendahulukan yang lain hingga akhirnya kita kerap mengalami kekeringan hidup, krisis panggilan dan akhirnya meninggalkan panggilan hidup yang sudah lama dijalani atau diperjuangkan. Pada hal panggilan itu sangat berharga. Panggilan itu sangat mahal.
Memilih dan memutuskan menjadi pengikut Kristus bukanlah perkara sederhana. Konsekuensinya kerap begitu berat, kalau mau menjadi murid yang sejati dan tangguh serta setia. Untuk lebih menjelaskan maksud ini, Yesus menggunakan dua perbandingan: orang yang mau membangun menara dan raja yang mau berperang. Baik orang yang mau mendirikan menara maupun raja yang hendak mengadakan perang harus terlebih dahulu membuat kalkulasi dan perhitungan yang cermat agar jangan tersendat di tengah jalan. Segala sesuatu harus diperhitungkan semenjak awal, kalau tidak mau menjadi bahan tertawaan orang lain, atau mundur di tengah jalan. Demikian orang yang mau mengikuti Yesus, pertama-tama harus mengadakan perhitungan apakah ia sanggup untuk mengikuti Kristus hingga akhir dengan setia. Yesus tidak menghendaki orang yang suam-suam kuku, setengah-setengah hati, tidak dingin atau tidak panas, menurut kata Paulus. Tuntutan untuk menjadi pengikut Kristus bukanlah perkara sederhana. Tidak cukup dokumen surat permandian, surat persetujuan orang tua dan pastor paroki. Orang mesti berani kehilangan segala sesuatu, mengutamakan Kristus di atas segala-galanya. Orang-orang kristen perdana mengalami secara konkrit penganiayaan, pengejaran, penyiksaan bahkan kemartiran dengan menumpahkan darah sebagai perwujudan kesetiaan mereka pada Kristus. Sejarah memperlihatkan bagaimana sejumlah orang kudus, kendati mesti menghadapi aneka tantangan dan kesulitan, mempertahankan dan membela keyakinan mereka dengan teguh.
Iman akan Kristus menduduki peran yang amat penting dan tak bisa dibandingkan dengan perkerjaan lain, hobbi, memancing, piknik atau ribuan kegiatan lain. Iman adalah perkara yang serius, dan untuk itu orang mesti berani dan siap mempertaruhkan segala sesuatu dan mengutamakannya. Pertanyaan bagi kita ialah apakah bagi kita menjadi pengikut Kristus merupakan suatu nilai luhur yang kita bela? Apakah tujuan kita menjadi seorang biarawati atau suster. Apakah karena tuntutan sosial? Adalah baik bagi kita semua baik yang masih profesi sementara maupun kekal untuk kembali melihat motivasi kita. Karena itu, beranikah kita mengorbankan waktu, kenikmatan dan selera pribadi untuk semakin memupuk iman kita akan Yesus Kristus? Bukan kuantitas tetapi kualitaslah yang penting. Iman akan Kristus mesti menjadi sesuatu yang serius dalam hidup kita untuk disebut seorang murid dan pengikut Kristus yang sejati. Iman akan Kristus mesti menjadi sesuatu yang serius dalam hidup kita untuk disebut seorang biarawati atau suster dan pengikut Kristus yang sejati. Selamat Merenung. Amen....!!!!!!!..

Minggu, 15 Mei 2011

Tinggallah bersama kami.....

Kis 2: 14, 22-33; 1 Ptr 1: 17-21; Luk 24: 13-35

Hari Minggu Paskah III A





Saya kira, kita pernah mengalami kesulitan, kecewa, gagal dan tak berarti. Hidup serasa sia-sia, banyak waktu habis pada hal-hal yang tak berguna dan mengembangkan hidup kita. Pada saat itu kita mencari cara untuk bisa melepaskan diri dari situasi yang tidak menyenangkan itu. Kita tidak ingin lebih lama berada dalam situasi kacau itu. Segala upaya kita tempuh agar bisa mengalami perubahan dan kemajuan dalam hidup. Kita berharap pada orang yang bisa membantu kita. Sedemikian kita berharap sehingga mungkin kita menghabiskan banyak waktu, energi, pikiran, perhatian bahkan uang untuk mendekati orang yang kita pandang sanggup membantu kita. Kita ingin mengalami perkembangan, terjamin, menyenangkan, singkatnya hidup bahagia.



Pengalaman kecewa itu juga dihadapi kedua murid yang kembali ke Emmaus, seperti kita dengar dalam bacaan Injil (Luk 24: 13-35) hari ini. Mereka kembali ke rumah asalnya karena orang yang mereka harapkan dapat membebaskan dan menyelamatkan mereka sudah mati. Dalam kekecewaan dan putus asa itu, Yesus hadir mengikuti perjalanan mereka. Yesus melihat bahwa segala perjuangan mereka untuk mengenal-Nya lebih jauh dengan menjadi murid dan menerimanya sebagai pemimpin, guru dan penyelamat mereka sangat berarti. Dengan itu mereka dituntun untuk sampai pada pemahaman seluruh peristiwa hidup dan makna kehadiran Yesus di dunia ini. Demikianlah mereka memahami apa yang tertulis dalam Kitab Suci tentang Yesus. Ketika proses pengajaran itu berlangsung, mereka meminta Yesus tinggal bersama mereka. Saat makan bersama, mata dan iman terbuka bahwa Dia adalah Yesus yang telah bangkit. Dia telah mengobarkan semangat mereka.



Kebangkitan Yesus menuntut kita untuk mewartakan peristiwa iman itu. Demikian dilakukan Petrus dan para rasul dalam bacaan 1 (Kis 2: 14, 22-33). Di hadapan penduduk Yerusalem, mereka, dengan kebijaksanaan dan keberanian, mewartakan Kristus yang bangkit. Mereka memberikan kesaksian atas imannya. Di sinilah tampak terang Kristus bercahaya dan menyinari hati mereka. Sungguh, kebangkitan Tuhan mengobarkan semangat mereka menjadi saksi-saksi kebangkitan.



Dalam bacaan 2 (dari 1 Ptr 1: 17-21) diperjelas pesan kebangkitan Tuhan. Rasul Petrus mengajarkan bahwa penyelamatan kita tidak datang dengan begitu mudah. Hal itu terjadi dengan pengurbanan yang sungguh-sungguh. Kristus telah membayarnya dengan harga mahal dengan menumpahkan darah-Nya di kayu salib. Tentulah tuntutannya bahwa orang kristen mesti menghargai dan mensyukuri pengurbanan Yesus. Hal itu terjadi dengan berpegang teguh pada iman akan Kristus yang bangkit. Dikatakan bahwa Allah akan mengganjari hidup sepadan dengan perbuatan kita. Karena itu tentu kita mesti berbuat sesuai dengan apa yang dikehendaki Allah dalam perjalanan hidup kita.



Dalam perjalanan kehidupan iman, dengan mengatakan diri sebagai orang kristiani, kita mengakui dan menemukan teman jalan bersama sambil melihat terang-Nya bercahaya. Merupakan tanggung jawab kita membantu orang lain supaya menemukan terang itu. Ini menjadi tanda solidaritas kita bagi hidup mereka. Kita mau menjadi alatnya dalam pencarian makna kehidupan ini. Kiranya kita tidak membiarkan orang tersesat dengan hidup dalam keinginan yang bersifat duniawi. Kita mesti menuntun mereka untuk sampai pada Allah dan hidup bahagia di dalamnya.



Ada banyak kecemasan, ketakutan bahkan kegagalan yang kita hadapi. Adakalanya kita merasa berjuang sendiri. Habis energi, waktu, uang bahkan perhatian dan pikiran kita curahkan untuk sesuatu yang berarti tapi mungkin juga untuk sesuatu yang kurang berarti. Kita kadang tidak sadar sehingga sebegitu jauh masuk pada hal yang kurang berguna bagi hidup dan kebahagiaan kita. Tiada harapan, tiada pegangan, tiada arah yang jelas. Sabda Tuhan hari ini, mengajak kita untuk tenang sejenak, menyadari bahwa ada yang sangat memperhatikan kita, mau menuntun kita, mau mengajari kita bahkan menyelamatkan kita. Dialah Kristus yang bangkit. Karena itu kita mesti dengan hati terbuka mendengarkan sapaan dan bimbingan-Nya dalam perjuangan dan kesulitan yang kita hadapi. Marilah kita mengajak Dia untuk tinggal bersama kita, agar dalam kegelapan malam hidup kita, Dia memberikan makanan yang lezat yang mengobarkan semangat dan hidup kita. Marilah kita pertama-tama bertanya pada kebijaksanaan-Nya ketika kita menghadapi hal-hal yang kurang kita pahami, yang membutuhkan pertimbangan, bahkan dalam hal sederhana sekalipun. Dengan demikian kita akan sanggup berjalan dalam terang-Nya dan mewartakan pengalaman iman itu dalam hidup dan karya nyata kita.



Ajakan kedua rasul di jalan Emmaus, “tinggal bersama kami....”, adalah sebuah ajakan yang terus-menerus mesti kita katakan. Ajakan ini menjadi ungkapan pengharapan dan kepercayaan bahwa Yesus sanggup memberikan apa yang kita butuhkan. Di sini nyata sikap rendah hati yang mau berserah diri kepada kuasa yang lebih tinggi. Dalam kepercayaan itu tentu kita akan memperoleh apa yang kita butuhkan. Kita akan diisi dengan segala yang berdaya guna bagi keselamatan kita. Ini juga berarti bahwa kita meletakkan segalanya pada kebijaksanaan ilahi dan bukan bersandar pada kemampuan sendiri. Sikap rendah hati ini sedemikian perlu sehingga kita bisa dituntun dan disempurnakan dengan kehendak Allah. Tinggal bersama kami, ya Tuhan!

Selasa, 22 Maret 2011

Kepribadian yang sehat :

1. Mampu menilai diri sendiri secara realisitik; mampu menilai diri apa adanya tentang kelebihan dan kekurangannya, secara fisik, pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.
2. Mampu menilai situasi secara realistik; dapat menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang dialaminya secara realistik dan mau menerima secara wajar, tidak mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai sesuatu yang sempurna.
3. Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik; dapat menilai keberhasilan yang diperolehnya dan meraksinya secara rasional, tidak menjadi sombong, angkuh atau mengalami superiority complex, apabila memperoleh prestasi yang tinggi atau kesuksesan hidup. Jika mengalami kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustrasi, tetapi dengan sikap optimistik.
4. Menerima tanggung jawab; dia mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya.
5. Kemandirian; memiliki sifat mandiri dalam cara berfikir, dan bertindak, mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di lingkungannya.
6. Dapat mengontrol emosi; merasa nyaman dengan emosinya, dapat menghadapi situasi frustrasi, depresi, atau stress secara positif atau konstruktif , tidak destruktif (merusak)
7. Berorientasi tujuan; dapat merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap aktivitas dan kehidupannya berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional), tidak atas dasar paksaan dari luar, dan berupaya mencapai tujuan dengan cara mengembangkan kepribadian (wawasan), pengetahuan dan keterampilan.
8. Berorientasi keluar (ekstrovert); bersifat respek, empati terhadap orang lain, memiliki kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah lingkungannya dan bersifat fleksibel dalam berfikir, menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya, merasa nyaman dan terbuka terhadap orang lain, tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk menjadi korban orang lain dan mengorbankan orang lain, karena kekecewaan dirinya.
9. Penerimaan sosial; mau berpartsipasi aktif dalam kegiatan sosial dan memiliki sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.
10. Memiliki filsafat hidup; mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang berakar dari keyakinan agama yang dianutnya.
11. Berbahagia; situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan, yang didukung oleh faktor-faktor achievement (prestasi) acceptance (penerimaan), dan affection (kasih sayang)
Kepribadian yang tidak sehat :
1. Mudah marah (tersinggung)
2. Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan
3. Sering merasa tertekan (stress atau depresi)
4. Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya lebih muda atau terhadap binatang
5. Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang meskipun sudah diperingati atau dihukum
6. Kebiasaan berbohong
7. Hiperaktif
8. Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas
9. Senang mengkritik/ mencemooh orang lain
10. Sulit tidur
11. Kurang memiliki rasa tanggung jawab
12. Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan faktor yang bersifat organis)
13. Kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama
14. Pesimis dalam menghadapi kehidupan
15. Kurang bergairah (bermuram durja) dalam menjalani kehidupan

Beberapa Ciri Pribadi Yang Sehat

Aspek penyesuaian diri Ciri perilaku
Sikap terhadap diri sendiri Menunjukkan penerimaan diri; memiliki jati diri yang memadai (positif); memiliki penilaian yang realistik terhadap berbagai kelebihan dan kekurangan.
Persepsi terhadap realitas Memiliki pandangan yang realistik terhadap diri dan terhadap dunia, orang maupun benda di sekelilingannya.
Integrasi Berkepribadian utuh, bebas dari konflik-konflik batin yang melumpuhkan, memiliki toleransi yang baik terhadap stress.
Kompetensi Memiliki kompetensi-kompetensi fisik, intelektual, emosional dan sosial yang memadai untuk mengatasi berbagai problem hidup.
Otonomi Memiliki kemandirian, tanggungjawab dan penentuan diri (self-determination; self-direction) yang memadai disertai kemampuan cukup untuk membebaskan diri dari aneka pengaruh sosial.
Pertumbuhan aktualisasi diri Menunjukkan kecenderungan kearah menjadi semakin matang, semakin berkembang kemampuan-kemampuannya dan mencapai pemenuhan diri sebagai pribadi.

Faktor psikologis dan penyakit fisik
Kategori ini meliputi jenis-jenis gangguan yang disebut gangguan-gangguan psikosomatik, yaitu gangguan-gangguan fisik yang disebabkan oleh faktor-faktor psikologis. Kaitan antara emosi dan kesehatan.
1. Perasaan tidak berdaya (helplessness) memiliki dampak negative terhadap kesehatan seseorang, bahkan dapat berakibat kematian. Konon tidak sedikit orang Yahudi yang ditahan di kamp-kamp konsentrasi Jerman meninggal karena diliputi rasa apatis menghadapi kondisi hidup yang tidak memberikan harapan itu. Gejala ini dikenal dengan istilah “apathy deaths”.
2. Stress yang ditimbulkan oleh berbagai sebab dapat berakibat negative terhadap kesehatan dengan cara menimbulkan penyakit tertentu atau memperburuk penyakit yang sudah di derita.
3. Emosi-emosi yang positif juga berdampak positif terhadap kesehatan. Sebagai contoh, seorang pasien yang percaya bahwa tindakan penyembuhan tertentu akan berhasil atau efektif ternyata memiliki peluang yang lebih besar untuk sembuh dibandingkan pasien yang bersikap netral atau pesimistik, kendati kemudian terbukti bahwa tindakan tersebut sesungguhnya tidak punya efek fisiologis apapun. Gejala ini dikenal sebagai “efek placebo”.
4. Emosi-emosi yang sangat kuat disadari atau tidak, lambat laun dengan sendirinya akan menghasilkan perubahan-perubahan anatomis dan fisiologis tertentu pada sejumlah sistem organ, dan akhirnya menimbulkan gangguan-gangguan. Gejala ini dijelaskan oleh Selye (1976 dalam Coleman, Butcher dan Carson, 1980) sebagai berikut: menghadapi stres yang berkepanjangan individu akan melakukan serangkaian reaksi yang disebut “sindrom adaptasi umum” (general adaptation syndrome). Mula-mula individu bersiaga dan mengerahkan segala sumber daya yang dimilikinya. Kemudian individu melakukan perlawanan hebat terhadap stres yang dialaminya dengan menggunakan semua daya yang sudah disiagakan tersebut. Akhirnya, sumber daya yang dimilikinya terkuras habis. Keadaan ini dapat berakibat pada kematian, sementara stresnya sendiri mungkin belum juga berhasil dihalau.
Ada beberapa bentuk pola simtom psikosomatik klasik, yaitu tukak lambung, anorexia nervosa, migrain, hipertensi, serangan jantung dan sebagainya.
1. Tukak lambung
Tukak lambung adalah luka di lambung. Simtom ini disebabkan oleh keluarnya cairan asam secara berlebihan, sehingga menimbulkan luka pada dinding lambung. Terbukti, emosi-emosi yang negatif seperti kesedihan, agresi, kecemasan, kebencian, dapat merangsang produksi asam lambung (stomach acids) secara berlebihan. Akibatnya, lambung melakukan pencernaan terhadap dirinya sendiri dan timbul luka.
2. Anorexia Nervosa
Anorexia nervosa adalah gangguan makan berupa tidak mau makan atau selalu muntah setiap selesai makan. Akibatnya, badan penderita menjadi sangat kurus dan dalam kasus ekstrem dapat mengakibatkan kematian karena kelaparan atau kegagalan fungsi organ-organ vital tertentu seperti jantung. Gangguan ini lebih sering dialami oleh wanita daripada pria dengan perbandingan mencapai angka 20 lawan 1. Artis penyanyi kondang asal Amerika Serikat Karen Carpenter konon tewas akibat gangguan ini.
Beberapa ciri gangguan ini antara lain sebagai berikut: penderita biasanya berasal dari klas sosial menengah-atas; lebih sering menimpa kaum remaja atau kaum dewasa muda. Penderita biasanya memiliki riwayat kebiasaan makan yang susah atau tidak teratur. Penderita memiliki pandangan yang cenderung negative tentang tubuhnya, misalnya merasa terlalu gemuk, serta memiliki sifat-sifat terlalu perasa, tertgantung, introvert, mudah cemas, perfeksionistik, mementingkan diri, dan berwatak keras. Penderita menjadi kehilangan gairah seksual dan pada penderita wanita juga disertai dengan berhentinya menstruasi. Berkaitan dengan sifat perfeksionistiknya, penderita cenderung sangat memperhatikan hal-hal kecil.
Gangguan ini dapat berawal dari usaha melakukan diet untuk mengurangi berat badan. Selain itu, penderita bisanya mengalami konflik batin antara hasrat untuk mandiri dan perasaan takut bila sungguh-sungguh mendapatkan peran dan status sebagai orang dewasa yang otonom. Maka, untuk menolongnya, konflik ini harus terlebih dulu dipecahkan.
3. Migrain dan pusing karena tegang (tension-headances)
Sebagian besar keluhan pusing-pusing berkaitan dengan ketegangan emosi. Karena kaum perempuan umumnya lebih emosional dibandingkan kaum lelaki, maka ganguan ini pun lebih lazim ditemukan pada kaum perempuan daripada lelaki.
a. Migrain
Migrain adalah gejala pusing kepala sangat nyeri yang menyerang penderita berulang-ulang secara periodic. Kadang-kadang gejala ini dirasakan hanya disalah satu belahan kepala atau otak, kadang-kadang menyerang seluruh kepala, dan kadang-kadang berpindah-pindah dari belahan kepala yang satu ke belahan lainnya. Simtom ini lebih sering dialami kaum perempuan daripada kaum lelaki, dengan perbandingan 4 lawan 1. Penyebabnya adalah pembesaran pembuluh darah dalam otak akibat ketegangan emosi. Simtom ini relatif sulit disembuhkan dibandingkan simtom nyeri kepala lainnya.
b. Pusing karena tegang biasa (simple tension headaches)
Stres atau ketegangan emosi mengakibatkan kontraksi otot-otot disekeliling tengkorak. Kontraksi otot ini selanjutnya mengakibatkan penyempitan pembuluh darah disekeliling tengkorak dan menimbulkan pusing-pusing.
4. Hipertensi
Stres juga mengakibatkan penyempitan pembuluh darah pada organ-organ dalam. Akibatnya, darah dialirkan dalam jumlah yang lebih besar ke otot-otot tubuh, tangan dan kaki, sehingga bagian-bagian itu terasa tegang. Namun yang lebih serius, penyempitan pembuluh darah pada organ-organ dalam tersebut menyebabkan jantung bekerja keras, berdetak lebih cepat. Akibatnya, tekanan darah meningkat. Semua gejala ini akan hilang bilamana stres yang menjadi penyebabnya juga hilang. Bila stres tersebut berlangsung berkepanjangan, maka tekanan darah tinggi pun menjadi kronik. Timbullah hipertensi. Hipertensi menimbulkan resiko beberapa penyakit, seperti gagal ginjal, kebutaan dan sejumlah penyakit fisik lain. Sayangnya, tidak terdapat simtom-simtom yang menandai akan munculnya hipertensi. Selain itu terdapat jenis hipertensi yang dapat muncul tanpa penyebab fisik sebagaimana ditimbulkan oleh stres di atas. Gangguan ini disebut hipertensi esensial.
5. Serangan jantung
Gangguan ini memiliki ciri sebagai berikut: sangat sering didahului dengan hipertensi; berkorelasi dengan pengalaman-pengalaman hidup yang menimbulkan stress, seperti kerja berat, kecemasan, depresi, kesepian, perceraian; berkorelasi dengan tipe kepribadian tertentu, khususnya yang disebut keperibadian Tipe A. Sehubungan dengan kaitan antara kepribadian dan ganguan psikofisiologis, Friedman dan Rosenman (1974, dalam Mears dan Gatchel, 1979) membedakan dua tipe kepribadian, yakni kepribadian Tipe A dan Tipe B. Kepribadian Tipe A memiliki ciri-ciri: agresif; memiliki dorongan untuk berprestasi yang tinggi, serba cepat dalam melakukan apa saja, termasuk makan, bicara, berjalan dan sebagainya; mudah frustrasi dan tidak sabaran; cepat gusar; dan merasa bersalah kalau tidak melakukan sesuatu. menurut Friedman dan Rosenman, kepribadian tipe A ini lebih mudah terserang hipertensi dan gangugan-gangguan kardiosvaskular lainnya dibandingkan kepribadian Tipe B yang memiliki cirri-ciri kebalikan dari kepribadian A.


Hubungan kesehatan mental dengan kesehatan fisik.
Antara mental dan fisik mempunyai hubungan yang sangat erat tetapi seberapa jauh eratnya memang belum dapat diketahui secara pasti. Contoh: fisik yang sedang menderita sakit, mental dalam menghadapi problema berbeda dengan pada waktu fisiknya sehat, yaitu antara lain mudah tersinggung. Demikian pula fisik yang sedang sakit, tetapi sikap mentalnya selalu optimis penuh harapan sembuh, maka deritanya sakit akan lebih ringan dan lekas sembuh. Sedang bagi mereka yang pesimis lebih sulit/lama disembuhkan. Misalnya takut mati, takut penyakitnya menjadi parah. Maka tepatlah kiranya bahwa pasien diberikan penjelasan mengenai penyakitnya serta bahayanya agar yang bersangkutan menyadari dan optimis.

Konsep Sehat

Terwujudnya keadaan sehat adalah kehendak semua pihak, tidak hanya oleh perorangan, tetapi juga oleh kelompok dan bahkan oleh masyarakat. Defenisi sehat, antara lain:
Sehat adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dengan berbagai faktor yang berusaha mempengaruhinya (Perkin, 1938)
Sehat adalah suatu keadaan sejahtera sempurna fisik, mental dan sosial yang tidak hanya terbatas pada bebas dari penyakit atau kelemahan saja (WHO, 1947 dan UU Pokok Kesehatan No.9 tahun 1960)
Sehat adalah suatu keadaan dan kualitas organ tubuh yang berfungsi secara wajar dengan segala faktor keturunan dan lingkungan yang dipunyainya (WHO, (1957).
Sehat adalah keadaan dimana seseorang pada waktu diperiksa oleh ahlinya tidak mempunyai keluhan atau tidak terdapat tanda-tanda penyakit atau kelainan (White, 1977)
Sehat adalah suatu keadaan sejahtera badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonami (UU Kesehatan No. 23 tahun 1992)
Menurut H. L. Bloem (1974), status kesehatan dipengaruhi oleh faktor biologik, faktor perilaku, faktor lingkungan dan faktor pelayanan kesehatan. Faktor biologik merupakan faktor yang berasal dari individu yang bersangkutan dan disebut juga faktor keturunan. Faktor keturunan ini, misalnya pada penyakit alergi, kelainan jiwa, dan beberapa jenis penyakit kelainan darah.

Konsep Bloem

Di samping defenisi sehat, dikenal pula istilah penyakit. Pengertian penyakit diantaranya :
Penyakit adalah kegagalan mekanisme adaptasi suatu organism untuk bereaksi secara tepat terhadap rangsangan atau tekanan sehingga timbullah gangguan pada fungsi atau struktur dari bagian, organ atau sistem tubuh (Gold Medical-Dictionary).
Penyakit adalah suatu keadaan di mana proses kehidupan tidak lagi teratur atau terganggu perjalanannya (Van Dale’s Groot Woordenboek der Nederlandese Tall)
Penyakit bukan hanya merupakan kelainan yang hanya dapat dilihat dari luar, tetapi juga suatu gangguan keteraturan fungsi-fungsi dalam tubuh (Arrest Hof te Amsterdam).
Dari batasan seperti ini dapat disimpulkan bahwa penyakit adalah suatu keadaan dimana terdapat ganguan terhadap bentuk dan fungsi tubuh sehingga berada dalam keadaan yang tidak normal. Pengertian penyakit tidak sama dengan rasa sakit. Penyakit adalah suatu keadaan yang bersifat objektif, sedangkan rasa sakit adalah yang bersifat subjektif. Seseorang yang menderita penyakit belum tentu merasa sakit. Sebaliknya, tidak jarang ditemukan seseorang yang selalu mengeluh sakit padahal tidak ditemukan penyakit apapun pada dirinya.
Menurut Gordon dan Le Richt pada tahun 1950, timbul atau tidaknya penyakit pada manusia dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu:
1. Pejamu (host), yaitu semua faktor yang terdapat dalam diri manusia yang dapat mempengaruhi timbulnya serta perjalanan suatu penyakit. Faktor tersebut antara lain faktor keturunan, mekanisme pertahanan tubuh, umur, jenis kelamin, ras, status perkawinan, pekerjaan dan kebiasaan hidup.
2. Bibit penyakit (agent), ialah suatu substansi atau elemen tertentu yang kehadiran atau ketidakhadirannya dapat menimbulkan atau mempengaruhi perjalanan suatu penyakit. Substansi dan elemen yang dimaksud banyak macamnya, yang secara sederhana dapat dikelompokkan dalam lima macam, yaitu:
a. Golongan nutrient, yaitu zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk melangsungkan fungsi kehidupan. Jika seseorang mengalami kekurangan atau kelebihan zat gizi ini akan timbul penyakit tertentu.
b. Golongan kimia, adalah berbagai zat kimia yang ditemukan di alam (exogenous chemical substance) dan atau zat kimia yang dihasilkan tubuh (endogenous chemical substance). Apabila tubuh terkena dan atau kemasukan zat kimia tertentu seperti logam berat, gas beracun, atau debu akan menimbulkkan beberapa penyakit tertentu.
c. Golongan fisik, seperti suhu yang terlalu tinggi atau rendah, suara yang terlalu bising, kelembaban udara, tekanan udara, radiasi atau trauma mekanis, dapat menimbulkan berbagai macam penyakit.
d. Golongan mekanik juga sering digolongkan ke dalam golongan fisik, namun pada golonan ini unsur campur tangan manusia lebih banyak ditemukan, seperti kecelakaan di jalan raya, pukulan dan lain-lain.
e. Golongan biologik yang bisa berupa jasad renik/mikroorganisme maupun bukan jasad renik yang dapat berasal dari tumbuhan (flora) atau hewan (fauna).
Empat golongan yang pertama sering disederhanakan sebagai golongan abiotik, sedangkan golongan yang terakhir sering disebut biotik. Jika penyebab penyakit tergolong dalam kelompok biotik, maka penyakit yang ditimbulkannya disebut penyakit infeksi yang dapat bersifat menular maupun tidak menular. Berat ringannya penyakit infeksi yang dialami amat ditentukan oleh patogenisitas, virulensi, antigenitas dan infektivitas. Patogenisitas ialah kemampuan bibit penyakit menimbulkan reaksi pada pejamu sehingga timbul penyakit. Virulensi adalah ukuran keganasan atau derajat kerusakan yang ditimbulkan oleh bibit penyakit. Antigenisitas ialah kemampuan bibit penyakit merangsang timbulnya mekanisme pertahan tubuh. Infeksivitas adalah kemampuan bibit penyakit mengadakan invasi dan menyesuaikan diri, bertempat tinggal, serta berkembang biak dalam diri pejamu.
3. Lingkungan (environment), yaitu agregat dari seluruh kondisi dan pengaruh-pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan suatu organisasi. Salah satu peran lingkungan adalah sebagai reservoir. Secara umum lingkungan dibedakan atas lingkungan fisik dan lingkungan nonfisik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alamiah yang terdapat disekitar manusia, sedangkan lingkungan nonfisik ialah lingkungan yang muncul akibat adanya interaksi antar manusia.
Hubungan antara pejamu, bibit penyakit dan lingkungan dalam menimbulkan penyakit sangat kompleks dan majemuk. Seseorang disebut berada dalam keadaan sehat, jika tuas pejamu berada dalam keadaan seimbang dengan tuas bibit penyakit. Sebaliknya bila bibit penyakit lebih berhasil menarik keuntungan dari lingkungan, maka orang tersebut berada dalam keadaan sakit.
Dalam proses timbulnya penyakit, unsur-unsur yang terdapat pada setiap faktor memegang peran yang amat penting. Pengaruh unsur tersebut adalah sebagai penyebab timbulnya penyakit yang dalam kenyataan sehari-hari tidak hanya berasal dari satu unsur saja, melainkan dapat sekaligus dari beberapa unsur. Karena adanya pengaruh dari beberapa unsur inilah, maka sering dikatakan penyebab timbulnya suatu penyakit tidak bersifat tunggal melainkan bersifat majemuk, yang dikenal dengan istilah multiple causation of desease. Selanjutnya dalam menimbulkan penyakit, unsur-unsur tersebut berperan tidak secara sendiri-sendiri, melainkan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya.
Jika ditinjau dari proses yang terjadi pada orang sehat, menderita penyakit, dan terhentinya penyakit, yang dikenal dengan nama riwayat alamiah perjalanan penyakit (natural history of desease), terutama untuk penyakit infeksi, terlihat bahwa proses yang ditemukan secara umum dapat dibedakan atas lima tahap, yakni:
1. Tahap prepatogenesis, dimana telah terjadi interaksi antara pejamu dengan bibit penyakit, tetapi interaksi ini masih berada di luar tubuh, dalam arti bibit penyakit belum masuk ke dalam tubuh pejamu. Seseorang yang ada dalam keadaan seperti ini disebut sehat.
2. Tahap inkubasi, jika bibit penyakit telah masuk ke dalam tubuh pejamu, tetapi gejala penyakit belum tampak, masa inkubasi setiap penyakit berbeda-beda. Jika daya tahan tubuh tidak kuat, penyakit akan berjalan terus dan mengakibatkan terjadinya gangguan pada bentuk dan fungsi tubuh. Pada suatu saat penyakit akan bertambah hebat, sehingga timbul gejalanya. Garis yang membatasi tampak atau tidak tampaknya gejala penyakit disebut horizon klinik.
3. Tahap penyakit dini, dihitung mulai dari munculnya gejala penyakit. Pada tahap ini sekalipun pejamu telah jatuh sakit, tetapi sifatnya masih ringan. Umumnya pasien masih dapat melakukan pekerjaan sehari-hari dan karena itu sering tidak datang berobat. Selanjutnya bagi yang datang berobat, umumnya tidak memerlukan perawatan karena penyakit masih bisa diatasi dengan berobat jalan.
4. Tahap penyakit lanjut, bila penyakit bertambah hebat. Pada tahap ini pasien tidak dapat lagi melakukan pekerjaan dan jika datang berobat, umumnya telah memerlukan perawatan.
5. Tahap akhir penyakit. Berakhirnya perjalanan suatu penyakit dapat berada dalam lima keadaan, yaitu sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, karier, kronik atau meninggal dunia.
Untuk mencegah berjalannya penyakit ke tahap yang lebih lanjut, diperlukan pelayanan kesehatan yang menyeluruh, yaitu pelayanan kesehatan yang meliputi usaha-usaha seperti berikut ini:
1. Pendekatan holistik yang melaksanakan pelayanan kesehatan untuk semua aspek kehidupan pasien yang meliputi jasmani, mental dan sosial.
2. Melihat faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap penyakitnya, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan fisik, dan lingkungan sosial.
3. Memberikan pelayanan berdasarkan 5 tingkat pencegahan penyakit (five level of prevention) dari Leavell & Clark, 1953 sesuai dengan pemanfaatannya, yaitu:
a. Promosi kesehatan (health promotion). Pada tingkat ini dilakukan tindakan umum untuk menjaga keseimbangan proses bibit penyakit-pejamu-lingkungan, sehingga menguntungkan manusia dengan cara meningkatkan daya tahan manusia dan memperbaiki lingkungan. Tindakan ini dilakukan pada seseorang yang sehat. Contoh: penyuluhan cara hidup sehat, kesehatan olah raga.
b. Perlindungan khusus (special protection), yaitu tindakan yang masih dimaksudkan untuk mencegah penyakit, menghentikan proses interaksi bibit penyakit-pejamu-lingkungan dalam tahap prepatogenesis, tetapi sudah terarah pada penyakit tertentu. Tindakan ini dilakukan pada seseorang yang sehat tetapi memiliki resiko terkena penyakit tertentu. Contoh: imunisasi, keluarga berencana.
c. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment), merupakan tindakan menemukan penyakit sedini mungkin dan melakukan penatalaksanaan segera dengan terapi yang tepat.
d. Pembatasan cacat (disability limitation), dimana dilakukan penatalaksaan terapi yang adekuat pada pasien penyakit yang telah lanjut untuk mencegah penyakit menjadi berat, menyembuhkan pasien dan mengurangi kemungkinan cacat yang akan timbul.
e. Rehabilitasi (rehabilitation). Tindakan ini dimaksudkan untuk mengembalikan pasien ke masyarakat agar ia dapat hidup dan bekerja secara wajar, atau agar tidak menjadi beban bagi orang lain.
4. Pelayanan rujukan.

Minggu, 20 Maret 2011

kepribadian dilihat dari warna

Hitam

Anda yang menyukai warna hitam cenderung punya pemikiran yang konservatif. Anda sangat tahu apa kelebihan diri Anda. Warna hitam juga cenderung membuat Anda ingin tampil seksi dan percaya diri.

Pink

Warna ini cenderung dikenal sebagai warna feminin. Namun di balik girly image-nya, sebenarnya warna ini menyembunyikan kepribadian Anda yang misterius. Jadi, tak benar jika seseorang yang menyukai warna pink adalah sosok yang sangat girly, bisa jadi ia pandai memainkan gayanya.

Merah

Anda cerdas, berani dan vokal! Anda sangat suka berada di tengah banyak orang dan menjadi pusat perhatian. Anda suka berpetualang dan tak suka ditentang.

Biru

Seperti kesan yang didapat dari kejernihan warnanya, Anda yang menyukai warna biru adalah sosok penyayang dan berjiwa bebas. Anda percaya bahwa kecantikan dari dalam dirilah yang membuat Anda cantik seutuhnya.

Orange

Warna ini menunjukkan Anda adalah orang yang tulus, menikmati tantangan dan hal-hal baru. Anda juga punya ambisi besar serta senang menjadi pusat perhatian.

Kuning

Jika Anda suka warna kuning, maka Anda adalah orang yang optimis. Suka akan tantangan dan kegiatan di luar ruangan, terutama olahraga. Anda adalah orang yang fleksibel dan punya intuisi yang kuat.

Putih

Warna putih ini dikatakan sebagai warna netral, dan demikian pula dengan Anda yang memfavoritkan warna satu ini. Anda cenderung pecinta damai dan tak suka memihak. Anda juga termasuk orang yang tenang dan mudah berteman dengan siapa saja.

Hijau

Jika Anda pecinta hijau, maka tak salah lagi, Anda adalah sosok pecinta lingkungan. Sekalipun mungkin Anda bukan orang yang terjun di dalam organisasi pecinta lingkungan, namun Anda berusaha menjaga lingkungan sekitar Anda. Anda juga sosok yang keras kepala, namun sekaligus teman yang menyenangkan.

Senin, 14 Maret 2011

prapaska/masa puasa

Selmat berpuasa dan berpantang.

‎​Hiduplah 1 jam TANPA:
Tanpa kemarahan;
Tanpa hati yang jahat;
Tanpa pikiran negatif;
Tanpa menjelekkan orang;
Tanpa keserakahan;
Tanpa pemborosan;
Tanpa kesombongan;
Tanpa kebohongan;
Tanpa kepalsuan;
Bila berhasil,
silahkan mengulang kembali untuk 1 jam berikutnya,
namun tambahkan DENGAN:

Dengan sukacita/gembira;
Dengan damai di hati;
Dengan kesabaran;
Dengan lemahlembut;
Dengan murah hati;
Dengan rendah hati;
Dengan penguasaan diri;

Selamat bertobat, memasuki prapaskah/retret agung,
semoga Tuhan selalu melimpahkan rahmatNya
atas segala niat baik kita...

Jumat, 25 Februari 2011

grafis

Sejarah Perkembangan tes grafis
Tes grafis

1. BAUM
2. DAP
3. HTP
4. WARTEGG

Sejarah tes grafis

 Tes psikologi pertama-tama umumnya untuk mengukur intelegensi dan prestasi sekolah, hanya beberapa yang ditujukan utk tes kepribadian
 Di AS, pertengahan 1930-an dimulai lebih bebas dalam interpretasi tes yang mengukur kemampuan mental dengan metode kualitatif
 Tes menggambar, awal tujuan utk mengukur intelegensi secara kaku

Sejarah tes grafis :BAUM
 Diciptakan oleh Emil Jucker,awalnya untuk pemilihan jurusan di sekolah dan dikembangkan oleh Charles Koch
 Alasan memilih pohon (Jucker) :
Pohon selalu tumbuh dan berkembang
Hasil penelitian budaya menunjukkan bahwa pohon memiliki makna penting bagi manusia dan pohon dianggap mewakili manusia/

Sejarah tes grafis :DAP
1. 1885 : pemanfaatan gambar utk memahami pribadi seseorg
2. 1900-1915 : studi hasil gambar
3. th 1920 -1926, DAP dirancang oleh Florence Goodenough,
- menulis “measurement of inteligence by draawinngs”
 dipublikasikan pertama kali untuk menilai kapasitas intelegensi anak
 Anak diminta dg cara sederhana”menggambar manusia” dan kemudian disediakan pensil dan kertas putih kosong utk menggambar.
 Tujuan : utk menilai IQ berdasar jmlh detail dlm menggambar, diikuti dg asumsi bahwa ketepatan dlm menggambar mempengaruhi fungsi intelektual anak
4. th, 1936 oleh Harris
 mempublikasikan versi baru dr riset Goodenough (Goodenough-Harris D.AP.)
 Subyek diminta membuat 3 gambar : 1 gambar manusia laki-laki, satu gambar wanita, 1 gambar menurut diri sendiri
 Evaluasi gambar dilakukan terpisah, gamabr laki-laki dan perempuan dikembangkan norma secara tersendiri
 Sebagian besar digunakan utk menilai intelegensi, tidak utk menilai sifat-sifat dasar kepribadian atau dasar dari konflik
5. Th 1949, Karen Machover
 Kurang puas dengan pemakaian DAP yang hanya utk menilai intelegensi
 Berdasar pengamatan klinik, mengembangkan metode penilaian yang lebih teliti dari
Goodenough utk menilai kepribadian
¬¬- Tugas tes : subjek diminta menggambar seorang manusia, jika selesai diberi kertas kosong lagi dan diminta menggambar manusia lagi dengan jenis kelamin yang berbeda, kmd diminta memberi keterangan gambar,menceritakan gamabrnya serta menjawab pertanyaan tentang umur, sekolah, pekerjaan, keinginan, sifat-sifat kepribadian, serta sikap-sikap terhadap keluarganya.

Sejarah tes grafis:HTP
6.. Th 1949, JN Buck
 Mempublikasikan House Tree Person (HTP)
 Pertama-tama merancang prosedur tes menggambar utk menilai penyesuaian kepribadian
7. 1952,1971, Jolles
 Mengembangkan teknik dari JN. Buck dengan tiga cara prosedur : menggambar dengan pensil tdk berwarna, fase menanyai, menggambar dengan pensil tdk berwarna
 Prosedur administrasi : individu diberikan kertas putih kosong posisi horisontal, kemudian diberikan instruksi “gambarkan saya sebuah rumah”, jika sudah selesai diberikan lagi sebuah kertas dengan posisi vertikal “gambarkan saya sebuah gambar manusia”
 Variasi dari prosedur gambar, akhirnya menggambar tersebut akhirnya menjadi populer dalam bentuk seseorang diberikan kertas dalam posissi horizontal dan seseorang diminta menggamabr dengan instruksi “gambarkan saya sebuah gambar dengan isi gambar ada rumah, pohon dan manusia. Dasar interpretasinya : melihat tipe gamabr, komposisi dalam menggambar, dan hubungan antara gambar, jika perlu dapt pula diminta keterangan gambar yang dpt berguna untuk mengungkapkan perasaan seseorang dan sikap-sikapnya yang diwujudkan dalam bentuk gambar.

Sejarah tes grafis:Wartegg
 Latar belakang dr gestalt psychology atau Ganzheit Psychology dikembangkan pada University of Leipzig oleh F. Krueger dan F. Sander dengan asumsi bahwa “tidak hanya obyek pengalaman, tetapi subyek yang mengalami hrs dilihat sebagai suatu struktur.
 Sender menciptakan teknik “Phantasie test”, subyek dihadapkan pada materi drawing completion test (DCT), yang menghasilkan sifa struktural khas dari subyek.
 Keberhasilan Sender mendorong Dr. Ehrig Wartegg untuk melanjutkan penelitian tsb, akhirnya menemukan tes wartegg /DCT (drawing completion test )/WZT (Wartegg Zeichen Test) yang dipakai sekarang ini.

Rabu, 19 Januari 2011

basic id

BASIC-ID bersifat netral tanpa memperhatikan faktor lingkungan, kemajemukan budaya dan isu kontekstual, serta dipakai oleh segala pendekatan. Ivey dkk (2002) mengutip penjelasan Lazarus tentang BASIC-ID:

B behavior - tingkah laku seperti yang diterapkan pada analisis behavior
A affect - perasaan dan emosi
S sensation - senses dari penglihatan, suara, bau sentuhan dan rasa ditambah dengan sensualitas dan seksualitas
I imagery - kemampuan untuk membentuk gambaran mental mnegenai kejadian ditambah dengan banyaknya khayalan dan fantasi yang digunakan
C cognitions - self-talk dan pikiran-pikiran tentang diri, ide dan falsafah
interpersonal relationship - gaya umum ditambah dengan seberapa besarnya individu ini merupakan "people" person.
D drugs - faktor obat-obattan dan biologis/kesehatan

Minggu, 09 Januari 2011

Kurt Lewin

Teori Belajar Dengan Pendekatan Teori Medan
Kurt Lewin (1890-1947) kelahiran Prussia Timur (sekarang Polandia) adalah seorang psikologis eksperimental yang terkenal di University of Berlin yang melarikan diri sebagai pengungsi dari regim Hitler. Ia kemudian menjadi seorang psikologis sosial di Amerika dan mempelopori eksperimen klasik dalam komunikasi kelompok. Pada awalnya Lewin adalah seorang psikologi individualistik kemudian berubah menjadi psikologi sosial pada komunikasi kelompok kecil. Dan Lewin tercatat sebagai pendiri riset dan pelatihan di dinamika kelompok dan untuk menciptakan gaya manajemen partisipatif dalam organisasi.
Lewin memperoleh gelar Ph.D. di bidang Psikologi dari Royal Friedrich-Wilhelms University of Berlin. Teori psikologi Lewin telah terpengaruh dari studi terdahulunya mengenai pengobatan, matematik dan khususnya fisika. Lewin juga dipengaruhi langsung oleh professor filsafatnya bernama Ernst Cassier yang mengilhami Lewin dalam ilmu filsafat. Meskipun Lewin memperoleh gelar doktornya di University of Berlin dan mengajar di sana setelah Perang Dunia I, ia bukan seorang Gestalist yang fanatik. Psikologi gestalt menyelidiki proses subjective pengalaman individual; secara keseluruhan, pada bagaimana individu merasakan lingkungan mempengaruhi perilaku individu. Sebaliknya Lewin tertarik pada kekuatan yang mengarahkan tindakan individual.
Dalam proses memperoleh gelar doktornya, Lewin terlibat dalam Perang Dunia I sebagai seorang prajurit Jerman, tapi kemudian ia tertembak dan dirawat di rumah sakit. Selama periode ini Lewin memanfaatkan waktunya untuk menulis “The War Landscape” dipublikasikan tahun 1917 dan tesisnya mengenai “Habilitation”. Tahun 1921 Lewin mulai mengajar di Psychological Institute di University of Berlin sebagai pengajar tidak tetap dan mulai mengembangkan reputasi akademisnya melalui serangkaian eksperimen penting yang dilakukan oleh mahasiswa doktornya. Selama 1920-an, Lewin mulai memformalkan bidang teorinya yang juga disebut ‘group dynamics and topological psychology’ dari Lewin).
Ketika mengembangkan teorinya, Lewin meminjam teori dari fisika (sebagai contoh apa yang disebut orang ‘field of magnetic force’) tapi tidak diterapkankannya secara keseluruhan. Malahan ia mengambil konsep fisika dan memberikannya makna khusus untuk psikologi. Misalnya ketika ia menggunakan istilah valence, vector dan barrier. Sumbangan Lewin bagi bidang psikologi di Amerika yaitu mengenai subjektivisme pada tahun 1930-an. Termasuk di antaranya Edward C. Tolman dan Kurt Lewin menawarkan tipe kognitif alternatif pada behaviorisme Clark Hull merupakan pusat pembelajaran S-R dan berpedoman pada teori Freudian. Sumbangan Tolman “the cognitivist for experimental psychology” dan Lewin “the cognitivist for social psychology”, mempelopori pendekatan kognitif pada psikologi sampai sekarang.
Bahasan Lewin mengenai kognitif mendekatkan posisi teoritisnya pada ilmu komunikasi sebagai produk dan keaslian komunikasi. Apa yang ada dipikiran manusia merupakan sebuah produk penerimaan komunikasi, dan apa yang manusia katakan diambil dari konten pada pikiran yang sama, maka dikatakannya konten melalui transformasi dan berinteraksi dengan yang lainnya. Hubungan antara penekanan bidang teori kognitif dan proses komunikasi manusia mengarahkan Lewin sebagai nenek moyang studi komunikasi. Kemudian Lewin mengikuti pendekatan fenomenologikal dalam teori risetnya yang dikombinasikan dengan ilmu alam. Sebagai bagian dari proses Amerikanisasinya, Lewin berubah dari philosophical dan fundamental psikologi menjadi lebih aplikatif. Tapi menurut Lewin, dengan mengaplikasikan sebuah teori merupakan sebuah cara untuk menguji validitas. Namun demikian karyanya termasuk praktis dan teoritis, risetnya secara jelas dikendalikan dengan teori dan bukan oleh data.
Tahun 1932, Lewis Terman, kepala Departement of Psychology di Stanford University menawarkan Lewin mengajar selama enam bulan, setelah ia terkesan dengan film yang dibuat Lewin. Setelah menyelesaikan masa mengajarnya, Lewin kembali ke Berlin tapi kemudian ia mengundurkan diri dari Psychological Institute di University Berlin dan berimigrasi ke Amerika tahun 1933. Kepindahannya ke Amerika sangat berpengaruh pada karya akademisinya, merubah dari keahlian awalnya pada persepsi dan psikologi pembelajaran menjadi seorang psikologis sosial yang tertarik pada prasangka, kepemimpinan otoriter, dan pengaruh kelompok.
Setelah berada di Amerika, pusat perhatiannya ada dalam pengaruh kelompok pada perilaku individual. Lewin percaya bahwa identifikasi dengan sebuah kelompok memberikan cara pandang pada seorang individu, sebuah perspektif dan sebuah makna pribadi. Ketika seorang individu menerima informasi melalui sebuah proses komunikasi, makna pesan ditentukan, bagian dimana kelompok milik seseorang. Perhatian khusus Lewin ada pada fenomena kebencian pribadi di antara orang-orang Yahudi dan ia menulis artikel topik ini tahun 1941 yang berargumentasi bahwa di antara anggota kelompok minoritas senantiasa ada subjek kebencian pribadi.
Selama sembilan tahun di Iowa (setelah sebelumnya mengajar dua tahun di School of Home Economics di Cornell University), Lewin mulai tertarik pada psikologi kelompok khususnya yang berasal dari siswa doktoralnya, Ronald Lippitt yang datang ke Iowa dengan gelar sarjana bidang kelompok dan dengan pengalaman sebagai seorang eksekutif Pramuka. Kolaborasi Lewin dan Lippitt menghasilkan eksperimen kepemimpinan kelompok pada pemimpin autocratic, democratic dan laissez-faire dan berhasil menarik perhatian publik dan akademisi. Selain itu Lewin juga menjadi lebih seorang psikologis sosial dalam pemikirannya dan berbeda dengan yang lainnya (Gordon Allport, Muzafer Sherif, Theodore Newcomb, dan Daniel Katz) yaitu ia mencoba menciptakan dalam laboratorium situasi penuh kekuasaan sosial yang memberikan perbedaan besar. Lewin dan Lippitt melakukan riset pada kelompok anak-anak pramuka di Iowa Child Welfare Research Station. Dan Margaret Mead menyebut apa yang dilakukan Lewin dan lainnya sebagai ‘experimental anthropology’ karena menciptakan budaya kelompok dalam laboratorium mereka.
Setelah keluar dari Iowa tahun 1945, Lewin menjadi pengajar di MIT sampai wafatnya tahun 1947. MIT merupakan tempat dimana Lewin mempimpin Research Center for Group Dynamics di bawah Department of Economics and Social Sciences yang berorientasi pada pemecahan masalah sosial. Lewin beranggapan bahwa riset terapan harus dibimbing dengan ketat dimana seseorang dapat menguji proposisi teoritis antara riset dasar dan riset terapan yang mungkin valid dalam fisik dan kimia tidak perlu hadir dalam ilmu alam.
Alex Bavelas, mahasiswa doktoral di Iowa mengatakan bahwa meskipun orang sedikit otoriter dalam memimpin kerja kelompok, ia juga bisa dilatih untuk mendapatkan gaya kepemimpinan demokratik. Bavelas membuat sketsa beberapa kemungkinan dan menggunakannya dalam proyek manajemen partisipatif pada sebuah pabrik di Virginia. Rangkaian eksperimen lapangan di pabrik Harwood menunjukkan bahwa manajemen partisipatif mengarah pada peningkatan produktivitas. Kemudian, Lewin menjadi terkenal di antara ilmuwan-ilmuwan organisasional dan di antara professor manajemen bisnis.
Penelitian Lewin dengan mahasiswa doktoralnya di Child Welfare Research Station of the University of Iowa didanai oleh Food Habits Committee of the National Research Council di Washington D.C. Bertindak sebagai komite sekretaris eksekutif yaitu Margaret Mead. Studi-studi Lewin mengenai gizi cocok dengan upaya Amerika untuk mengatasi kekurangan makanan saat Perang Dunia II, di antaranya studi makan roti gandum versus roti putih (terigu), meningkatkan konsumsi susu dan meyakinkan ibu-ibu untuk memberikan anak-anaknya minyak ikan dan jus jeruk sebaik dalam memberikan susu. Selain itu studi Lewin yang dikenal dengan sebutan ‘sweetbreads study’ merupakan suatu upaya untuk memperkenalkan dan meningkatkan konsumsi jenis-jenis daging yang tidak dikonsumsi orang-orang Amerika, seperti jantung sapi, thymus (sweetbreads atau jerohan), hati, ginjal, kelenjar daging yang umumnya tidak disukai oleh ibu-ibu rumah tangga di Iowa.
Studi eksperimen sweetbreads dari Lewin menjadi sebuah studi klasik mengenai perbedaan antara komunikasi interpersonal interaktif (disajikan dengan kondisi diskusi) dan komunikasi massa satu arah (kurang lebih sama dengan kondisi belajar di kelas). Lewin mengeneralisasi hasil studi sweetbreads dan penelitian-penelitian lainnya di Iowa ke dalam tiga tahap prosedur pada perubahan perilaku, meliputi tahap unfreezing, moving dan freezing perilaku baru. Seterusnya, ketika perilaku seseorang berubah, segera kembali pada perilaku tetap sebelumnya, meskipun perubahan terakhir diinginkan. Pengaruh anggota kelompok lainnya pada perilaku individu merupakan faktor penting dalam merubah dan mempertahankan beberapa perilaku. Lewin kemudian menyimpulkan bahwa keputusan kelompok merupakan sebuah efek ‘freezing’ untuk tindakan berikutnya.
Selain itu dalam studi sweetbreads, Lewin menemukan bahwa ibu-ibu rumah tangga merupakan ‘gatekeepers’ pada pengenalan makanan baru untuk keluarga mereka. Kemudian konsep gatekeepers dapat diaplikasikan untuk situasi komunikasi yang lebih luas seperti untuk menyebarkan berita-berita melalui saluran komunikasi yang ada dalam sebuah kelompok. Teori Lewin mengenai proses gatekeeping ini kemudian digunakan oleh banyak ilmuwan yang perhatian pada studi peran gatekeeping di media massa, misalnya David Manning White (1950), dll. Sekarang ini konsep gatekeeping Lewin telah digunakan secara luas oleh ilmuwan komunikasi khususnya dalam riset komunikasi organisasional dan studi-studi pada organisasi baru.
Ilmuwan-ilmuwan yang turut terpengauh oleh pemikiran-pemikiran Lewinian, di antaranya Leon Festinger dengan studi ‘Wesgate housing’. Di sini Festinger menemukan bahwa jarak fisik sangat mempengaruhi siapa berinteraksi dengan siapa. Festinger, Schachter dan Bach merargumen bahwa satu alasan kuatnya dampak space (ruang/jarak) pada siapa berinteraksi dengan siapa, dengan jaran fisik yang lebih dekat, dua orang lebih suka untuk melakukan kontak satu dengan yang lainnya secara tidak disengaja, dimana bisa menghasilkan persahabatan. Seperti ketika mereka menjemur pakaian, atau membuang sampah, atau duduk di serambi, seseorang lebih suka bertemu tetangga sebelah kamarnya daripada orang lain yang jarak tempat tinggal empat atau lima rumah. Studi Wesgate ini kemudian diperteguh oleh penelitian selanjutnya bahwa ruang/jarak merupakan faktor penting yang menentukan siapa berbicara dengan siapa.
Selain itu karya Festinger lainnya yang juga terkenal yaitu teori ‘cognitive dissonance’ yang terpengaruh oleh balance theory dari Heider dan congruity principle (prinsip harmoni) dari Osgood-Tennenbaum, sebaik field theory Kurt Lewin dan perspektif Lewin mengenai Gestatlist yang dibawanya dari Berlin. Disonansi merupakan derajat di saat individu menghadapi dua elemen kognisi yang bertentangan. Salah satu dampak disonansi adalah seseorang akan menghindari terpaan pesan-pesan yang bertentangan.
Alex Bavelas adalah peneliti yang mengembangkan sebuah tradisi riset laboratorium secara eksperimen menciptakan jejaring (network) seperti chain (rantai), wheel (roda), dan star (bintang). Kemudian, bagian dari dinamika kelompok Lewinian berevolusi ke dalam riset matematika pada jejaring sosial.

KONSEP KEPRIBADIAN LEWIN
Bagi Lewin, teori medan merupakan sekumpulan konsep dimana seseorang dapat menggambarkan kenyataan psikologis. Konsep-konsep ini harus cukup luas untuk dapat diterapkan dalam semua bentuk tingkah laku, dan sekaligus juga cukup spesifik untuk menggambarkan orang tertentu dalam suatu situasi konkret. Lewin juga menggolongkan teori medan sebagai “suatu metode untuk menganalisis hubungan-hubungan kausal dan untuk membangun konstruk-konstruk yang ilmiah.
Ciri-ciri utama dari teori Lewin, yaitu :
1) Tingkah laku adalah suatu fungsi dari medan yang ada pada waktu tingkah laku itu terjadi
2) Analisis dimulai dengan situasi keseluruhan dimana bagian-bagian komponennya dipisahkan.
3) Orang yang kongkret dalam situasi yang kongkret dapat digambarkan secara matematis
Konsep-konsep teori medan telah diterapkan Lewin dalam berbagai gejala psikologis dan sosiologis, termasuk tingkah laku bayi dan anak anak, masa adolesent, keterbelakangan mental, masalah-masalah kelompok minoritas, perbedaan-perbedaan karakter nasional dan dinamika kelompok. Dalam makalah ini, kita akan memusatkan perhatian pada teori Lewin tentang struktur, dinamika dan perkembangan kepribadian yang dikaitkan dengan lingkungan psikologis, karena orang-orang dan lingkungannya merupakan bagian-bagian ruang kehidupan (life space) yang saling tergantung satu sama lain. Life space digunakan Lewin sebagai istilah untuk keseluruhan medan psikologis.

1) Struktur Kepribadian
Lewin menggambarkan manusia sebagai pribadi berada dalam lingkungan psikologis, dengan pola hubungan dasar tertentu. Dengan cara ini , Lewin berusaha mematematisasikan konsep-konsepnya sejak dari permulaan. Matematika Lewin menggambarkan hubungan-hubungan spasial dengan istilah-istilah yang berbeda. Pada dasarnya matematika Lewin merupakan jenis matematika untuk menggambarkan interkoneksi dan interkomunikasi antara bidang-bidang spasial dengan tidak memperhatikan ukuran dan bentuknya.
Pemisahan pribadi dari yang lain-lainnya di dunia dilakukan dengan menggambarkan suatu figur yang tertutup. Batas dari figur menggambarkan batas-batas dari entitas yang dikenal sebagai pribadi. Segala sesuatu yang terdapat dalam batas itu adalah P (pribadi), sedangkan segala sesuatu yang terdapat di luar batas itu adalah non-P.
Selanjutnya untuk melukiskan kenyataan psikologis ialah dengan menggambar suatu figur tertutup lain yang lebih besar dari pribadi dan yang melingkupnya. Bentuk dan ukuran figur yang melingkupi ini tidak penting asalkan ia memenuhi dia syarat yakni lebih besar dari pribadi dan melingkupimya. Figur yang baru ini tidak boleh memotong bagian dari batas lingkaran yang menggambarkan pribadi. Lingkaran dalam elips ini bukan sekedar suatu ilustrasi atau alat peraga, melainkan sungguh-sungguh merupakan suatu penggambaran yang tepat tentang konsep-konsep struktural yang paling umum dalam teori Lewin, yakni pribadi, lingkungan psikologis dan ruang hidup.
Unsur-unsur pembentuk kepribadian menurut Kurt Lewin terdiri atas:
a. Ruang Hidup
Ruang hidup mengandung semua kemungkinan fakta yang dapat menentukan tingkah laku individu. Ruang hidup meliputi segala sesuatu yang harus diketahui untuk memahami tingkah laku kongkret manusia individual dalam suatu lingkungan psikologis tertentu pada saat tertentu. Tingkah laku adalah fungsi dari ruang hidup. Secara matematis: TL=f(RH). Fakta-fakta non psikologis dapat dan sungguh-sungguh mengubah fakta-fakta psikologis. Fakta-fakta dalam lingkungan psikologis dapat juga menghasilkan perubahan-perubahan dalam dunia fisik. Ada komunikasi dua arah antara ruang hidup dan dunia luar yang bersifat dapat ditembus (permeability), tetapi dunia fisik (luar) tidak dapat berhubungan langsung dengan pribadi karena suatu fakta harus ada dalam lingkungan psikologis sebelum mempengaruhi/dipengaruhi oleh pribadi.

b.Lingkungan Psikologis
Merupakan daerah di dalam elips tetapi diluar lingkaran. Daerah ini dibagi-bagi dalam pecahan-pecahan yang disebut region. Sedangkan semua garis yang tertera pada diagram diatas yang merupakan batas antar sel, antar region disebut bondaris. Lingkungan Psikologis berhenti pada batas pinggir elips, tetapi batas antara pribadi dan lingkungan juga bersifat dapat ditembus. Hal ini berarti fakta fakta lingkungan dapat mempengaruhi pribadi.
Secara matematis : P = f (LP)
Dan fakta fakta pribadi dapat mempengaruhi lingkungan.
Secara matematis : LP = f (LP)

c. Pribadi
Menurut Lewin, pribadi adalah heterogen, terbagi menjadi bagian-bagian yang terpisah meskipun saling berhubungan dan saling bergantung. Daerah dalam personal dibagi menjadi sel-sel. Sel-sel yang berdekatan dengan daerah konseptual motor disebut sel-sel peripheral (p), sel-sel dalam pusat lingkaran disebut sel-sel sentral (s). Sistem motor bertidak sebagai suatu kesatuan karena biasanya lahannya dapat melakukan suatu tindakan pada satu saat. Begitu pula dengan sistem perseptual artinya orang hanya dapat memperhatikan dan mempersepsikan satu hal pada satu saat. Bagian bagian tersebut mengadakan komunikasi dan interdependen, tidak bisa berdiri sendiri.

d. Lingkungan Non-Psikologis
Lingkungan ini luasnya tidak terhingga sehingga tidak mempunyai bondaris (pada gambar dibatasi persegi empat). Apa saja yang ada tetapi tidak menjadi stimulus bagi diri seseorang bisa termasuk kedalam lingkungan non psikologis seperti benda, obyek, fakta-fakta atau situasi sosial. Benda atau obyek secara fisik dekat individu tetapi bila tidak menyentuh fungsi psikologisnya maka benda itu secara psikologis tidak berada di daerah psikologis sehingga benda berada di daerah non psikologis (daerah kulit asing).

2) Dinamika Kepribadian
Konsep-konsep dinamika pokok dari Lewin terdiri atas energi psikis (psychic energy), tegangan , kebutuhan (need), tindakan (action) meliputi vector (kekuatan yang mendorong terjadinya tingkah laku) dan valensi (nilai region dari lingkungan psikologis bagi pribadi) serta lokomosi (perpindahan lingkaran pribadi). Konstruk-konstruk dinamik ini menentukan lokomosi khusus dari individu dan cara ia mengatur struktur lingkungannya, Lokomosi dan perubahan-perubahan struktur berfungsi mereduksikan tegangan dengan cara memuaskan kebutuhan.
Suatu tegangan dapat direduksikan dan keseimbangan dipulihkan oleh suatu lokomosi substitusi. Proses ini menuntut bahwa dua kebutuhan erat bergantungan satu sama lain sehingga pemuasan salah satu kebutuhan adalah melepaskan tegangan dari sistem kebutuhan lainnya. Akhirnya, tegangan dapat direduksikan dengan lokomosi-lokomosi murni khayalan. Seseorang yang berkhayal bahwa ia telah melakukan suatu perbuatan yang sulit atau menempati suatu jabatan yang tinggi mendapat semacam kepuasan semu dari sekedar berkhayal tentang keberhasilan.

3) Perkembangan Kepribadian
Menurut Lewin, hakekat Perkembangan Kepribadian itu adalah :
a) Diferensiasi
yaitu semakin bertambah usia, maka region-region dalam pribadi seseorang dalam LP-nya akan semakin bertambah. Begitu pula dengan kecakapan kecakapan/ keterampilan keterampilannya. Contoh: orang dewasa lebih pandai menyembunyikan isi hatinya daripada anak-anak (region anak lebih mudah ditembus).
b) Perubahan dalam variasi tingkah lakunya
c) Perubahan dalam organisasi dan struktur tingkah lakunya lebih kompleks.
d) Bertambah luasnya arena aktivitas individu
contoh: Anak kecil terikat oleh masa kini sedangkan orang dewasa terikat oleh masa kini, masa lampau dan masa depan.
e) Perubahan dalam realitas.
Dapat membedakan mana yang khayal dan yang nyata, pola berpikir meningkat ,contohnya dari pola berpikir assosiasi menjadi pola berpikir abstrak.