Selasa, 22 Maret 2011

Beberapa Ciri Pribadi Yang Sehat

Aspek penyesuaian diri Ciri perilaku
Sikap terhadap diri sendiri Menunjukkan penerimaan diri; memiliki jati diri yang memadai (positif); memiliki penilaian yang realistik terhadap berbagai kelebihan dan kekurangan.
Persepsi terhadap realitas Memiliki pandangan yang realistik terhadap diri dan terhadap dunia, orang maupun benda di sekelilingannya.
Integrasi Berkepribadian utuh, bebas dari konflik-konflik batin yang melumpuhkan, memiliki toleransi yang baik terhadap stress.
Kompetensi Memiliki kompetensi-kompetensi fisik, intelektual, emosional dan sosial yang memadai untuk mengatasi berbagai problem hidup.
Otonomi Memiliki kemandirian, tanggungjawab dan penentuan diri (self-determination; self-direction) yang memadai disertai kemampuan cukup untuk membebaskan diri dari aneka pengaruh sosial.
Pertumbuhan aktualisasi diri Menunjukkan kecenderungan kearah menjadi semakin matang, semakin berkembang kemampuan-kemampuannya dan mencapai pemenuhan diri sebagai pribadi.

Faktor psikologis dan penyakit fisik
Kategori ini meliputi jenis-jenis gangguan yang disebut gangguan-gangguan psikosomatik, yaitu gangguan-gangguan fisik yang disebabkan oleh faktor-faktor psikologis. Kaitan antara emosi dan kesehatan.
1. Perasaan tidak berdaya (helplessness) memiliki dampak negative terhadap kesehatan seseorang, bahkan dapat berakibat kematian. Konon tidak sedikit orang Yahudi yang ditahan di kamp-kamp konsentrasi Jerman meninggal karena diliputi rasa apatis menghadapi kondisi hidup yang tidak memberikan harapan itu. Gejala ini dikenal dengan istilah “apathy deaths”.
2. Stress yang ditimbulkan oleh berbagai sebab dapat berakibat negative terhadap kesehatan dengan cara menimbulkan penyakit tertentu atau memperburuk penyakit yang sudah di derita.
3. Emosi-emosi yang positif juga berdampak positif terhadap kesehatan. Sebagai contoh, seorang pasien yang percaya bahwa tindakan penyembuhan tertentu akan berhasil atau efektif ternyata memiliki peluang yang lebih besar untuk sembuh dibandingkan pasien yang bersikap netral atau pesimistik, kendati kemudian terbukti bahwa tindakan tersebut sesungguhnya tidak punya efek fisiologis apapun. Gejala ini dikenal sebagai “efek placebo”.
4. Emosi-emosi yang sangat kuat disadari atau tidak, lambat laun dengan sendirinya akan menghasilkan perubahan-perubahan anatomis dan fisiologis tertentu pada sejumlah sistem organ, dan akhirnya menimbulkan gangguan-gangguan. Gejala ini dijelaskan oleh Selye (1976 dalam Coleman, Butcher dan Carson, 1980) sebagai berikut: menghadapi stres yang berkepanjangan individu akan melakukan serangkaian reaksi yang disebut “sindrom adaptasi umum” (general adaptation syndrome). Mula-mula individu bersiaga dan mengerahkan segala sumber daya yang dimilikinya. Kemudian individu melakukan perlawanan hebat terhadap stres yang dialaminya dengan menggunakan semua daya yang sudah disiagakan tersebut. Akhirnya, sumber daya yang dimilikinya terkuras habis. Keadaan ini dapat berakibat pada kematian, sementara stresnya sendiri mungkin belum juga berhasil dihalau.
Ada beberapa bentuk pola simtom psikosomatik klasik, yaitu tukak lambung, anorexia nervosa, migrain, hipertensi, serangan jantung dan sebagainya.
1. Tukak lambung
Tukak lambung adalah luka di lambung. Simtom ini disebabkan oleh keluarnya cairan asam secara berlebihan, sehingga menimbulkan luka pada dinding lambung. Terbukti, emosi-emosi yang negatif seperti kesedihan, agresi, kecemasan, kebencian, dapat merangsang produksi asam lambung (stomach acids) secara berlebihan. Akibatnya, lambung melakukan pencernaan terhadap dirinya sendiri dan timbul luka.
2. Anorexia Nervosa
Anorexia nervosa adalah gangguan makan berupa tidak mau makan atau selalu muntah setiap selesai makan. Akibatnya, badan penderita menjadi sangat kurus dan dalam kasus ekstrem dapat mengakibatkan kematian karena kelaparan atau kegagalan fungsi organ-organ vital tertentu seperti jantung. Gangguan ini lebih sering dialami oleh wanita daripada pria dengan perbandingan mencapai angka 20 lawan 1. Artis penyanyi kondang asal Amerika Serikat Karen Carpenter konon tewas akibat gangguan ini.
Beberapa ciri gangguan ini antara lain sebagai berikut: penderita biasanya berasal dari klas sosial menengah-atas; lebih sering menimpa kaum remaja atau kaum dewasa muda. Penderita biasanya memiliki riwayat kebiasaan makan yang susah atau tidak teratur. Penderita memiliki pandangan yang cenderung negative tentang tubuhnya, misalnya merasa terlalu gemuk, serta memiliki sifat-sifat terlalu perasa, tertgantung, introvert, mudah cemas, perfeksionistik, mementingkan diri, dan berwatak keras. Penderita menjadi kehilangan gairah seksual dan pada penderita wanita juga disertai dengan berhentinya menstruasi. Berkaitan dengan sifat perfeksionistiknya, penderita cenderung sangat memperhatikan hal-hal kecil.
Gangguan ini dapat berawal dari usaha melakukan diet untuk mengurangi berat badan. Selain itu, penderita bisanya mengalami konflik batin antara hasrat untuk mandiri dan perasaan takut bila sungguh-sungguh mendapatkan peran dan status sebagai orang dewasa yang otonom. Maka, untuk menolongnya, konflik ini harus terlebih dulu dipecahkan.
3. Migrain dan pusing karena tegang (tension-headances)
Sebagian besar keluhan pusing-pusing berkaitan dengan ketegangan emosi. Karena kaum perempuan umumnya lebih emosional dibandingkan kaum lelaki, maka ganguan ini pun lebih lazim ditemukan pada kaum perempuan daripada lelaki.
a. Migrain
Migrain adalah gejala pusing kepala sangat nyeri yang menyerang penderita berulang-ulang secara periodic. Kadang-kadang gejala ini dirasakan hanya disalah satu belahan kepala atau otak, kadang-kadang menyerang seluruh kepala, dan kadang-kadang berpindah-pindah dari belahan kepala yang satu ke belahan lainnya. Simtom ini lebih sering dialami kaum perempuan daripada kaum lelaki, dengan perbandingan 4 lawan 1. Penyebabnya adalah pembesaran pembuluh darah dalam otak akibat ketegangan emosi. Simtom ini relatif sulit disembuhkan dibandingkan simtom nyeri kepala lainnya.
b. Pusing karena tegang biasa (simple tension headaches)
Stres atau ketegangan emosi mengakibatkan kontraksi otot-otot disekeliling tengkorak. Kontraksi otot ini selanjutnya mengakibatkan penyempitan pembuluh darah disekeliling tengkorak dan menimbulkan pusing-pusing.
4. Hipertensi
Stres juga mengakibatkan penyempitan pembuluh darah pada organ-organ dalam. Akibatnya, darah dialirkan dalam jumlah yang lebih besar ke otot-otot tubuh, tangan dan kaki, sehingga bagian-bagian itu terasa tegang. Namun yang lebih serius, penyempitan pembuluh darah pada organ-organ dalam tersebut menyebabkan jantung bekerja keras, berdetak lebih cepat. Akibatnya, tekanan darah meningkat. Semua gejala ini akan hilang bilamana stres yang menjadi penyebabnya juga hilang. Bila stres tersebut berlangsung berkepanjangan, maka tekanan darah tinggi pun menjadi kronik. Timbullah hipertensi. Hipertensi menimbulkan resiko beberapa penyakit, seperti gagal ginjal, kebutaan dan sejumlah penyakit fisik lain. Sayangnya, tidak terdapat simtom-simtom yang menandai akan munculnya hipertensi. Selain itu terdapat jenis hipertensi yang dapat muncul tanpa penyebab fisik sebagaimana ditimbulkan oleh stres di atas. Gangguan ini disebut hipertensi esensial.
5. Serangan jantung
Gangguan ini memiliki ciri sebagai berikut: sangat sering didahului dengan hipertensi; berkorelasi dengan pengalaman-pengalaman hidup yang menimbulkan stress, seperti kerja berat, kecemasan, depresi, kesepian, perceraian; berkorelasi dengan tipe kepribadian tertentu, khususnya yang disebut keperibadian Tipe A. Sehubungan dengan kaitan antara kepribadian dan ganguan psikofisiologis, Friedman dan Rosenman (1974, dalam Mears dan Gatchel, 1979) membedakan dua tipe kepribadian, yakni kepribadian Tipe A dan Tipe B. Kepribadian Tipe A memiliki ciri-ciri: agresif; memiliki dorongan untuk berprestasi yang tinggi, serba cepat dalam melakukan apa saja, termasuk makan, bicara, berjalan dan sebagainya; mudah frustrasi dan tidak sabaran; cepat gusar; dan merasa bersalah kalau tidak melakukan sesuatu. menurut Friedman dan Rosenman, kepribadian tipe A ini lebih mudah terserang hipertensi dan gangugan-gangguan kardiosvaskular lainnya dibandingkan kepribadian Tipe B yang memiliki cirri-ciri kebalikan dari kepribadian A.


Hubungan kesehatan mental dengan kesehatan fisik.
Antara mental dan fisik mempunyai hubungan yang sangat erat tetapi seberapa jauh eratnya memang belum dapat diketahui secara pasti. Contoh: fisik yang sedang menderita sakit, mental dalam menghadapi problema berbeda dengan pada waktu fisiknya sehat, yaitu antara lain mudah tersinggung. Demikian pula fisik yang sedang sakit, tetapi sikap mentalnya selalu optimis penuh harapan sembuh, maka deritanya sakit akan lebih ringan dan lekas sembuh. Sedang bagi mereka yang pesimis lebih sulit/lama disembuhkan. Misalnya takut mati, takut penyakitnya menjadi parah. Maka tepatlah kiranya bahwa pasien diberikan penjelasan mengenai penyakitnya serta bahayanya agar yang bersangkutan menyadari dan optimis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar